MOS#30

1.3K 218 18
                                    

Sekembalinya dari sekolah, lisa terus saja menempel pada rosé. Hal itu membuat minho dan chungha saling pandang. Mereka bisa menebak jika keduanya sudah berbaikan.

Tepat makan malam, lisa dan rosé turun menuju meja makan. Di sana sudah ada chungha dan minho.

Lisa membuang wajah saat minho maupun chungha memintanya untuk segera duduk. Rosé meliriknya sekilas.

"Sayang kenapa tidak menatap mama?" Tanya chungha sedih. Lisa mengerucutkan bibirnya sebal.

"Itu karena mama dan papa jahat, mengerjai aku dengan mengatakan kalau kakak mau membatalkan adopsi itu"

Minho dan chungha saling pandang. Keduanya kemudian tertawa lucu. Mereka puas karena rencana itu berjalan dengan baik.

"Tapi kan jadi berbuah manis, kakak sudah mau mengobrol denganmu kan bahkan sudah mau di tempelin lagi" Goda minho menaik turunkan alisnya. Lisa ingin protes tapi tatapan rosé  menghentikannya.

"Hm iya makasih pah... Mah untuk rencananya" Ucap lisa akhirnya menyudahi aksi ngambeknya.

Rosé menerima piring dari chungha. Dia langsung memakannya dengan tenang begitu juga dengan lisa.

"Oh ya pah, tadi aku lihat paman seungri membawa mobil mamah yah?" Tanya lisa. Minho mengangguk.

"Ya mulai hari ini dia akan bekerja sebagai supir di sini" Ucap minho memberitahu.

"Woh serius? Iihh yeeeee" Lisa berseru senang seperti anak kecil membuat ketiganya tertawa gemas di buatnya.

Selesai makan, lisa benar-benar menjadi adik yang sangat manja. Dia terus mengikuti kemanapun rosé pergi, sampai-sampai mereka mandi bersama di kamar rosé.

Kali ini keduanya sedang duduk di pinggiran kasur. Rosé tengah melukis sesuatu di temani lisa yang duduk di pangkuannya. Sangat menyulitkan memang tapi lisa benar-benar keras kepala, dia enggan untuk pergi ataupun bergeser.

"Kak" Panggil lisa. Rosé berdehem sebagai jawaban. Lisa tidak mengucapkan apapun lagi, dia malah terkikik.

"Kak"

Lagi lisa memanggil rosé. Kali ini rosé menatapnya penasaran. Lisa tersenyum lalu menggeleng. Rosé menghela nafasnya, dia baru sadar sedang di kerjai oleh lisa.

Beberapa saat hening karena lisa tengah serius memperhatikan rosé yang tengah melukis. Dia benar-benar kagum dengan kemampuan sang kakak yang baru di ketahuinya. Lisa menunduk sedih, dia teringat permasalahan kemarin yang membuat hubungan keduanya menjadi renggang.

"Kak"

Rosé membuang kuas di tangannya. Menarik rahang lisa lalu mencium pipi lisa dengan keras berulang kali.

"Berhenti membuatku gemas li. Daritadi memanggil tapi tidak mengatakan apapun" Kesal rosé. Lisa terkikik dia menarik leher rosé hingga bibirnya menempel pada dagu sang kakak.

"Sekarang katakan apa yang ingin kamu katakan" Imbuh rosé. Rasanya kesalnya sudah memuncak karena lisa terus saja jahil padanya.

Mengabaikan lukisan yang baru setengah jadi, rosé lebih memilih menatap lisa yang sedari tadi justru hanya tersenyum menatapnya.

Rosé membuang nafasnya frustasi, adiknya benar-benar menyebalkan sekarang.

"Pergilah jika hanya ingin membuatku kesal" Ujar rosé mendorong tubuh lisa menjauh. Lisa menggeleng cepat, dia berbalik, memeluk tubuh rosé yang terbaring karena dorongan dari lisa.

"Berikan aku hadiah" Ucap lisa. Dia menyamankan posisinya dengan wajah di sandarkan pada dada rosé. Dia bisa mendengar detak jantung rosé yang teratur.

My Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang