❝ Terima kasih telah hadir
untuk menyempurnakan
separuh hidup dan juga
nyawaku ❞
✧ ft. 박성훈 ENHYPEN ⊹ ☽
and millenials
⚠️17+
Highest Rank⤵️
1# bait, klausa
3# psh
9# jooyeon
10#...
Aku update hari ini Takutnya besok udah sibuk ㅠㅠ Anyway, happy reading!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Percayakah kalian, jika sesuatu yang telah terjadi tak dapat diulang kembali?
Itu salah besar.
Pada nyatanya, mereka yang sudah jauh, kini semakin sulit untuk digapai. Benang merah di antara keduanya makin memanjang tak beraturan. Masalah yang hampir mirip di masa lalu, kini kembali terjadi.
Nampaknya, bahtera rumah tangga yang dijalani oleh sepasang manusia yang tak lagi muda, masih terasa dingin saja. Atmosfer di antaranya tak berubah sedikitpun. Justru kian membeku layaknya kutub utara.
Jika kalian bertanya, apakah keluarga dari dua belah pihak sudah mengetahui hal ini? Maka jawabannya adalahㅡ
Sudah.
Mengingat Sena yang diinterogasi oleh orang tuanya waktu itu, ternyata Ayudisa pun juga merasakannya.
Sejak pesan-pesan yang dikirimkan oleh adiknya terkait keberadaan Sena, Tama langsung memikirkan sesuatu. Tidak biasanya wanita yang menyandang sebagai kembarannya tiba-tiba menanyakan hal yangㅡseharusnya Ayudisa sendiri tau di mana keberadaan Sena saat itu. Mengingat mereka berada di satu atap yang sama.
Larik-larik tanya yang awalnya basa-basi, dilanjutkan dengan pertanyaan yang serius antara Ayudisa dan juga Sena. Mama, Papa, dan Tama pun ikut andil dalam hal ini, yang mana membuat si bungsu semakin biru perasaannya.
Seperti saat ini, mereka benar-benar berjarak. Walau berada di satu atap yang sama, keduanya hanya saling lewat tak bertukar konversasi. Seolah hanya roommate saja. Selebihnya, mereka beraktivitas seperti biasanya.
Ayudisa yang kini memasak sayur-mayur dan lauk di dapur, mengunci ranumnnya rapat-rapat. Tak mengeluarkan suara apapun selain cipratan minyak penggorengan yang beradu dengan alat dapurnya.
Walau begitu, ia masih memasak untuk dirinya dan juga Sena. Sang wanita masih tetap melaksanakan tugasnya agar perut-perut mereka tidak berdemonstrasi.
“Disa.”
Sepatah kata meluncur dari ranum seseorang. Memanggil asma pujaannya pada sibuknya ruang dapur di pagi hari. Seseorang yang dipanggil asmanya, tetap diam. Sedikit terkejut akan suara rendah tuannya dari arah belakang.
Ayudisa yang memunggungi lawan bicaranya tak menggubris, masih membalikkan lauknya agar matang merata di wajan penggorengan. Sebisa mungkin ia bersikap netral dan sewajarnya.
Sebetulnya ia penasaran sekali, apa yang akan dikatakan sang pria setelah seminggu lebih mereka mengunci bibir rapat-rapat? Sinyal miliknya terus menyuruh si bungsu untuk menoleh kepada suaminya di belakang sana. Tapi, rasa gengsinya lebih besar daripada itu semua. Mau tak mau ia terus diam dan tak menjawab panggilan tersebut.
“Ayudisa Putri,” panggilnya untuk sekali lagi. Intonasi suaranya naik beberapa oktaf dan terdengar tegas.
Ini tidak biasa. Suaminya memanggil asma lengkapnya.