❝ Terima kasih telah hadir
untuk menyempurnakan
separuh hidup dan juga
nyawaku ❞
✧ ft. 박성훈 ENHYPEN ⊹ ☽
and millenials
⚠️17+
Highest Rank⤵️
1# bait, klausa
3# psh
9# jooyeon
10#...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepanjang hari ini, si lelaki baru saja tiba dari tempatnya menimba ilmu pengetahuan, sekaligus menyambangi kota penuh kenangan dengan raut masam.
Seperti yang kita tahu tadi pagi, anak sulung Pak Pratama kedatangan seorang kawan yang langsung ribut begitu tiba di cafe-nya. Datang tak dijemput, eh justru pulang minta dibayarkan hutangnya.
Ada-ada saja...
Adimas Harsaji asma sang pemuda. Kelahiran asli Depok yang katanya 'teleportasi' untuk mencari teteh-teteh mojang sebagai alasan pertamanya untuk berkuliah di Kota Kembang ini berhasil mengusik ketenangan yang didambakan pada ruang kerja. Teman satu kuliah di kampus yang dikenal banyak orang dengan nama ITB itu, mendadak berlindung di balik pintu khusus Tama. Walau ada seorang gadis yang memintanya untuk keluar dari tempat persembunyian, Harsa tetap kukuh berlindung dari baja kuat milik temannya.
Saat itu, sang taruna memohon untuk tutup mulut perihal adanya ia di situ. Namun mahasiswa jurusan Sistem dan Teknologi Informasi pun tak mengindahkan apa yang dikatakan Harsaji. Ia justru berucap enteng, "Masuk." saat ketukan penuh energi terdengar dari luar. Itu jelas dari seorang taruni berambut kelam yang berusaha masuk untuk menyeret Harsaji keluar.
Ketika telah membuka daun pintu berwarna putih, hal yang pertama ia tuju adalah manik grogi milik lelaki berpakaian modis dengan tas selempang yang menggantung di pundaknya.
Mau tau bagaimana posisi Harsa saat bersembunyi?
Daksanya merendah dengan posisi jongkok tepat berada di bawah meja tinggi yang tertutup bagian depannya. Ia berjongkok dengan posisi tangan menutup matanya; separuh menutupi netra, separuhnya lagi terdapat celah jemari untuk ia mengintip.
Sebelum aksi seret-menyeret Harsa ke luar ruangan, si gadis lebih dulu melangkahkan betis sembari tersenyum penuh makna. Ia menjahili Harsa dengan pura-pura tak melihat keberadaannya sambil meletakkan secangkir americano pesanan tuan muda. Diletakkan hati-hati dan Tama pun lekas berucap, "Thanks ya. Kirain Yerrel yang bakal nganter pesanan gue."
Terkekeh seraya membalik dan menurunkan nampan mini yang dibawanya. "Tadi gue papasan sama dia, katanya biar gue aja yang antar pesanan kopi ini ke elo. Sekalian..." ia menjeda ucapannya, diam-diam melirik space kosong yang sedari tadi bergerak resah di bawah kaki Tama. Kaki jenjang mahasiswi jurusan Teknik Geodesi dan Geometika itu sesegera mungkin merajut langkah ke depan seusai bertelepati dengan Tama.
Tak mau mengambil waktu lama, jemari sang nona langsung saja menangkap tersangka penyelundupan uang yang belum dibayar hingga saat ini. Tangannya menarik kencang rambut gelita itu hingga sang empu meringis kesakitan karena upaya yang dilakukan, sungguh membuat jemala Harsa ikut tertarik rohnya.
"BERHENTI ANJIIING, RAMBUT GUE BISA RONTOK!" teriak pemuda Adimas dengan netra yang tinggal segaris. Racauan bagai kicau burung pun ia tirukan untuk menghentikan jambakan kuat mahasiswi tersebut.