07. Tamu dan Satu Ayat yang Semu

244 51 17
                                    

Hii, akhirnya kita bersua lagi!
Maaf up-nya lama, lagi sakit :(
Tapi alhamdulillah udh sembuh
Makasih doanya. Kalian tetap
jaga kesehatan juga ya! Laff ya!

“Sudah siap?” ucap lelaki dua puluh warsa usai menutup bagasi mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sudah siap?” ucap lelaki dua puluh warsa usai menutup bagasi mobil. Ia menatap rupawannya nona muda di hari kamis yang manis.

Ayay captain!” Semangatnya menggebu yang membuat Sena ikut meninggalkan jejak garis lengkung bulan di sudut netranya.

Aih... melihat istrinya yang penuh semangat di pagi hari membuat lelahnya Nawangga Senapati tak ada artinya lagi…

Kalau kata anak muda zaman sekarang, “Apa sih yang nggak buat kamu?”

Setelah konversasi singkat itu, pasangan suami istri berumur dua dina ini berpamitan dengan Mama Ayudisa. Mengucapkan selamat tinggal menuju ke lembar baru yang mungkin tak jauh dari tempat mereka berada. Namun Ayudisa sedikit sedih lantaran Papa dan kembarannya itu sedang tidak ada di tempat untuk ia berpamitan hari ini.

“Titip salam ke Papa sama Kakak ya, Ma,” ucapnya sembari memeluk sang ibunda dengan erat. Ia menumpukan dagu di pundak malaikat yang merawat ia hingga telah lepas masa lajangnya. Sedikit merinai di sudut netra sebab tak lagi tinggal dengan orang tuanya.

Mengangguk pelan dan tersenyum sejenak, mereka melepas rengkuhan yang merahimkan sejuta makna itu dengan ujaran, “Iya nanti Mama sampaikan ke Papa sama Tama. Kakakmu tadi pamit ke Bandung ngurus cafe sekalian kuliah, katanya.”

Ibunda berparas ayu menawan yang membuat dewana siapapun yang melihat anggunnya wanita itu, mengusap nan merapikan surai putri bungsunya dengan kasih sayang. “Walau nanti jauh dari orang tua, jangan lupa kabar-kabar rumah ya. Kita bakal kangen sama kamu, dek...”

“Iya, Ma. InsyaAllah aku sama Sena bakal ke sini sering-sering kok, Ma.” Ayudisa tersenyum manis. Lalu ia menolehkan putar arah derajat kepalanya dan bersitemu dengan Sena yang menunggu agak jauh dari ia. Kemudian dagunya mengangguk kecil sebagai telepati spontan mereka.

Sena merajut langkah ke arah keduanya dan menarik benang bibir di sudut sana. Berpamitan seperti wanitanya dan bercakap kecil, sebelum akhirnya mereka tiba di depan gerbang. Lelaki itu memundurkan mobil pribadi yang telah terisi banyak barang di bagasi belakang.

Belum benar-benar mereka menginvasi ruang sempit itu, ada jaka muda yang sedang menyirami ladang sekar mekar milik tuan rumahnya seraya memanggil sejoli itu.

“Eh udah mau pindahan ya?” Keduanya mengangguk sejenak ke arah sumber suara. Lalu Jenan pun melanjutkan larik perkataannya. “Mau gue bantu angkat barang di sana nggak? Sebagai permintaan maaf gue yang tadi deh...” Di akhir kata suaranya mengecil bersamaan jemari yang mengusap tengkuk belakangnya canggung.

Jenan menunggu keputusan puan dan tuan muda yang tengah menatap satu sama lain. Ada sarat kekhawatiran yang melanda sebab takut mereka masih kesal dengan kakak dari Gatra yang satu itu. Ia pun juga merutuki tingkah dan ucapannya yang melantur tadi pagi.

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang