❝ Terima kasih telah hadir
untuk menyempurnakan
separuh hidup dan juga
nyawaku ❞
✧ ft. 박성훈 ENHYPEN ⊹ ☽
and millenials
⚠️17+
Highest Rank⤵️
1# bait, klausa
3# psh
9# jooyeon
10#...
Anyway, minal aidzin wal faidzin-! Mohon maaf lahir batin semuanya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi hari, Tama betulan menepati janjinya untuk mengantar Harsa pada opening cafe milik kawannya di Kota Kembang yang penuh kenangan itu.
Tapi masalahnya, ketika si sulung telah sampai dan siap untuk segera melanglang buana, Harsa justru belum bersiap-siap, apalagi mandi pagi. Ia justru bergoler ria di atas tempat tidur sambil menonton film yang seru.
Posisinya pun mantap sekali. Ia tiduran di atas ranjangnya, Macbook Air berada di perut Harsa, dan tak lupa dengan kaki sebelah kanan yang ditumpukan pada lutut kiri yang menekuk santai.
Benar-benar definisi Netflix and chill versi Adimas Harsaji. Namun hal itu tentu saja membuat emosi Pratama memuncak dalam sekejap.
“Adimas Harsaji.... gue hitung sampai sepuluh kalau lo masih goleran, gue cabut!” ancamnya seram sambil berkacak pinggang di depan kamar kos Harsa.
“Satu...” Sirine peringatan mulai berbunyi siaga satu.
“Dua...”
Dan dalam hitungan ketiga, Harsa baru melepas headphone karena terinterupsi adanya bayang-bayang tinggi menyeramkan yang sudah memasang raut amarah. Netranya melotot kaget dan bergegas turun dari ranjang empuk miliknya.
Saat turun, ia tersandung kakinya yang menyebabkan bidang datar lipat yang dipangkunya pun hampir merosot ke bawah. Untung saja dengan gerakan tangkas, pemuda tersebut bisa menjangkaunya kembali.
“Ya Allah... untung aja kaga jatuh ya lu!” Harsa menepuki permukaan luar laptopnya dengan pelan bagai memarahi anaknya yang nakal. “Nasib gue dipertaruhkan kalau elu sampe jatuh!”
“Lima...”
Mendelik kaget. “SABAR CEREWET!”
Buru-buru hastanya menyambar jaket kain dan berkaca untuk merapikan rambutnya agar tertata rapi, walau mengingat bahwa daksanya belum dicumbu satupun air mengalir.
Karena motto seorang Adimas Harsaji ialah, ‘Tetaplah kece walau belum mandi.’
Ya sudahlah, suka-suka dia saja. Tama sampai lelah sendiri jika sudah berhadapan dengan manusia yang menyandang gelar ‘Si Ngutang Duit.’
“Se--”
“UDEH!” potongnya sembari merotasikan bola mata dan menelusupkan ponsel di sakunya. “Daritadi lu sensi amat sih ama gua?”
Lawan bicaranya tak menanggapi, ia sibuk melangkahkan kaki menuju mobil yang terparkir paralel di depan bangunan indekos. Sedang malas berbicara lebih lanjut, sebab taruna nol dua keki dengan buaya unggul yang sialnya adalah teman karibnya.
Definisi friend-hate relationship.
“Shareloc ke gue lokasi cafe-nya, biar langsung dipandu sama maps-nya.” Tama sudah masuk duluan dan menyalakan kendaraan berbentuk balok tersebut. Suara mesin menderu-deru di tiap pendengar manusia. Ia sudah siap untuk mengantar Harsaji ke lokasi yang ditujunya.