27. Dialog Semenjana

129 20 26
                                    

Hi, aku update Bahtera!
Thanks for 1k++ votes!♡
Janlup vomments, yaw!

Hi, aku update Bahtera!Thanks for 1k++ votes!♡Janlup vomments, yaw!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Niat hati mencari berkah, tapi yang ada justru mendapat hikmah.

Seperti sekarang, susah payah Harsa memoles diri dengan sangat tampan bak idol korea dan wangi seperti minum parfum dua galon, tapi untuk apa jika pada akhirnya Harsa mengasuh bayi??

Iya, kalian tidak salah baca. Si pengangguran banyak akal itu tengah menimang-nimang bayi di pangkuannya dengan raut masam untuk menenangkan bayi delapan bulan itu.

“Sstt cup-cup, adek bobo lagi, ya? Kakaknya masih ada urusan sebentar.”

Bilangnya sih begitu, tapi Adimas Harsaji yang terkenal sebagai orang tak sabaran pun lekas membatin, Ini gue kasih obat CTM sabi nih. Gue sumpek, bayi nangis mulu kerjaannya!

Mohon berkaca ya, Bapak. Anda dulu seperti itu juga.

Meskipun dalam hatinya merasa jengkel, namun tak dipungkiri bahwa dirinya menikmati waktu bersama dengan si bayi mungil. Lucu, sih. Harsa pun bahkan sempat mengecup pelan pipi gemas yang bulat bagaikan bakpao itu. Gemuk dan gampang diuyel-uyel. Ia jadi antusias sendiri.

“Lu anak siapa, sih? Lucu amat heran. Mau om adopsi, gak?”

Beuh lagaknya... mirip om-om pedofil saja. Kalau Jani tahu hal ini, sudah dari tadi Harsa menjadi hidangan ayam geprek. Kekuatan sang gadis ‘kan setara laki-laki, karena survey pun telah membuktikan.

Saat bayi lelaki itu terdiam, ia hanya mengamati pria di hadapannya dengan mata bulat yang nirmala. Lekuk wajah tampan pemuda tersebut seakan memenuhi jangka pengamatan pada netranya. Bayi tersebut pun tentu saja kurang nyaman, sebab muka Harsa ini lama kelamaan mendekat dan senyum-senyum seperti psikopat. Hal itu membuatnya mencebik tak nyaman karena posisi itu, hinggaㅡ

“HUWAAAA!”

“E-eh,” kagetnya sembari melotot saat bayi tersebut meraung keras.

Pemuda Oktober itu kalang kabut dan hampir menjatuhkan tubuh mungil dari gendongannya sebab kulminasi suara menggelodar masuk memenuhi rungunya. Namun ia cepat tanggap untuk mengolah situasi dan segera memeluk erat bayi yang asmanya mirip dengan Harsa. Beruntung Harsa memiliki skill yang tak terduga, yakni sigap dalam mengambil keputusan saat terdesak. Semisal otaknya konslet di tengah jalan, ya Wassalam. Ini mah Atisha bakal laporin si Aa’ ke orang tua kandungnya. Ngadi-ngadi soalnya.

“Cup-cup, jangan ngagetin kitu, A’. Untung aing teh sigap masalah ginian. Kalau gak mah… teuing,” gumamnya pada diri sendiri. Menepuk pelan pantat si bayi yang masih bergerak tidak nyamanㅡmencari posisi wenaknya di gendongan Harsaji.

Gara-gara gebrakan mendadak tadi, ia sampai keluar tuh Bahasa Sundanya. Teuing ah, tahu dari Tama, ceunah. Selebihnya dari Jani. Ketularan nyunda pisan, soalnya si Teteh mah asli sana, makanya Harsa tahu walau cuma seuprit.

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang