03. Ungkapan Rajut Kata

433 78 21
                                    

Masih dalam posisi maupun suasana yang sama, sepasang raga manusia itu terdiam di tempatnya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dalam posisi maupun suasana yang sama, sepasang raga manusia itu terdiam di tempatnya masing-masing. Jelaga mereka saling memandang satu sama lain dengan seratnya saliva berada di kerongkongan. Udara dalam ruangan kian mencekat karena usaha yang mereka kerahkan tak berbuah apa-apa.

"Gimana? Bisa?" tanyanya khawatir.

Ia menoleh dengan gelengan pelan. "Nggak. Pintunya beneran nggak bisa dibuka," jawab Sena pasrah sembari menurunkan lima anca jemarinya dari engsel pintu.

Mendecak kesal seraya mengambil ponsel di atas nakas, benda pipih itu lekas digenggamnya dan menyegerakan jemari untuk berselancar pada ruang digital.

Belum sempat dirinya menelpon atau menyambangi ruang obrolan keluarga, sudah ada balon notifikasi sang kakak pada pukul sebelas kurang empat belas menit.

Belum sempat dirinya menelpon atau menyambangi ruang obrolan keluarga, sudah ada balon notifikasi sang kakak pada pukul sebelas kurang empat belas menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Decakan lagi-lagi meluncur dari bibir si anggun Batavia. Merasa keki dengan apa yang Tama lakukan hari ini. Bisa-bisanya, kunci kamar milik Ayudisa ditemukan olehnya dalam waktu singkat? Apa jangan-jangan kuncinya tadi menggantung di luar kamar?

Kalau begitu...

Malam ini ia berada dalam ruangan yang sama dengan Nawangga Senapati, ya?

"Ayudisa?"

Ia menelan ludahnya serat. Putar beberapa derajat sirahnya menuju titik temu pada netra sipit bagai gala gemintang. "Y-ya?"

Ah tidak, karena dirinya begitu kaku dan canggung pada suasana yang dialaminya, sampai menyahut sebagai balasan untuk panggilan Sena saja bahananya pun ikut terbata.

Usai membalas tadi, Disa pun berpura-pura menyibukkan diri dengan memainkan ponsel. Padahal satu notif pun tidak ada yang menginterupsi pada malam yang menyingsing sebulat candra.

"Kamu tidur di atas aja kalau kamu masih kurang nyaman. Biar aku yang tidur di bagian bed bawah," Sena berkata kembali. Hastanya menunjuk double bed di ujung dinding. Berusaha menemukan solusi terbaik malam ini.

Merasa tidak ada jawaban, ia memanggil asmanya lagi. "Disa? Gimana?"

Buru-buru mematikan benda persegi itu dan beratensi kembali pada Sena yang tengah berwicara seorang diri. "Ya? Maaf..."

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang