06. Memulai Lembaran Baru

281 62 25
                                    

Vomment-nya jangan lupa! ^^

Vomment-nya jangan lupa! ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tring...

Sebuah lonceng yang tersampir tepat di atas pintu cafe, memberi sapaan selamat datang kepada dirinya. Seorang lelaki bertubuh jangkung, berhidung mancung, dan memiliki garis wajah tegas itu mulai memasuki ruangan. Menghirup sejenak aroma cafe yang ia rindukan setelah berhari-hari lamanya. Langkah miliknya kini dirajut bertapak-tapak menyusuri kubikel luas dengan figur meja dan kursi yang mengiringi jalan sang tuan.

Karyawan yang berteman akrab dengannya pun tengah membersihkan serta menata meja-meja dan kursi cafe tersebut. Menatap penuh senyum di rautnya begitu Tama tiba di lokasi yang sama dengan dirinya.

"Selamat pagi, Pak," sapa sang karyawan hangat saat me-notice kehadiran bahuwarna.

Ia memutar derajat tubuh dan jemalanya kala mendapat sebuah sapaan selamat pagi di kedua rungunya. Terpatri sudah ulasan simpul di bibirnya yang tipis, mengangguk dan mengudarakan telapak tangannya untuk sekadar menjawab sapaan dari pemuda yang satu itu.

"Ya, pagi juga," balasnya penuh dengan wibawa, namun tak membawa sikap yang nampak jumawa. Sebab Pratama adalah seseorang yang cocok dijadikan pemuda bersopan santun dengan sifatnya yang tepa salira.

Ia terus menjelajahi ruangan untuk menatap lamat-lamat ruang cafe yang didirikannya sendiri beberapa tahun yang lalu. Adanya kedai di sudut Kota Bandung ini hasil dari jerih payahnya yang sedikit dibantu oleh Keluarga Pratama.

Bagaimana dengan langit-langit petak ruang yang dihiasi lampu bergaya aesthetic membentang, seakan menaungi raga manusia yang singgah di dalam sana. Bersamaan lampu kemuning nampak gemerlap cahaya indah di beberapa titik sudut kedainya. Tak lupa dinding-dinding pun ia gantungkan beberapa makrame yang terbuat dari tali wol atau sintetis, membentuk berbagai simpul tika dan menghasilkan aneka gaya rumbai hingga menjumbai-jumbai.

Cafe Bandung milik Adipati Pratama sangat cocok untuk kalangan anak muda di era milenial ini.

"Udah jam sepuluh lebih seperempat tuh, dibuka aja kafenya, ya."

"Baik, Pak."

Lantas karyawati yang dititahkan oleh Tama untuk membuka jadwal hari ini lekas berdiri di depan pintu kaca. Ia membalikkan sebuah benda persegi panjang yang menggantung di permukaannya menjadi 'Open' untuk sekarang.

"Tolong buatkan kesukaan saya, ya," ujar Tama saat ia melewati counter pemesanan di mana sang barista sudah siap untuk bekerja.

Mengangguk mengiakan. Namun sebelum pemilik kafenya menghilang dari pandangan, ia mengajukan pertanyaan. "Pak untuk espresso-nya tetap extra satu shot ya?"

Merasa dipanggil, Tama menghentikan rajut tungkainya dan berbalik arah. Memandang lelaki tersebut sembari mengolah kata untuk berpikir lebih lanjut. "Dua shots aja, ya. Soalnya saya lagi pusing sama kuliah juga," jawabnya demikian. Tetapi ia melanjutkan lagi saat sesuatu mengganjal di benaknya.

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang