04. Sebaris Prakata(ma)

381 67 20
                                    

"EKHM! PAGI-PAGI TUH SARAPAN, BUKANNYA PELUKAN YA! PELUKANNYA NANTI AJA ADEK-ADEK SEKALIAN," tegur Tama yang baru saja membuka pintu dari ruang pribadi Ayudisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"EKHM! PAGI-PAGI TUH SARAPAN, BUKANNYA PELUKAN YA! PELUKANNYA NANTI AJA ADEK-ADEK SEKALIAN," tegur Tama yang baru saja membuka pintu dari ruang pribadi Ayudisa. Ia menampilkan kanvas rupa sensinya kala melihat keduanya buru-buru melepas rengkuhan tersebut.

Mereka terkejut. Bahkan harus mengakhiri rengkuhan hangat yang membuat keduanya nyaman, sebab interupsi dari si kembar yang mengganggu sejoli tersebut.

Gugup. Dua pasang netra tersebut bermanuver ke arah mana saja, asal tidak bertemu dengan bulatan nayanika milik sang aditama. Tegukan saliva pun sempat tersedak, berbondong-bondong untuk melepas dahaganya lantaran pemuda Batavia muncul secara mendadak. Bahkan saat ini, Sena dan Ayudisa terlihat seperti anak remaja yang sedang keciduk menjalin kisah-kasih cintanya oleh aparat kepolisian di sudut kota.

Memang Tama jahilnya ini tidak ketolongan, ya...

Apa dia tidak ingat, siapa yang sengaja mengunci ruangan beraroma raksi lavender ini? Siapa yang menjahili kembarannya hingga Ayudisa merasa kesal? Siapakah oknum tersebut?

Nampaknya, taruna jangkung itu sedang melakonkan travesti dengan sangat baik.

Pura-pura lupa.

"Dih! Pagi-pagi gue harus liat pasangan yang lagi uwu-uwu gini? Ya Tuhan, apa salah gueeee," kesal Tama pada akhirnya. Ia memilih untuk undur diri, setelah membukakan daun pintu sembari menghentak-hentakkan kaki jenjangnya pada bantala. Tak jarang, seruan dari para tetua yang sahaja pun merangsek masuk ke dalam rungunya untuk memeringati si sulung.

"Kalau di atas jangan lari-lari, atuh!"

Hadeh... dia yang jahil, dia yang kesal sendiri. Sepertinya ia butuh cermin untuk berkaca terlebih dahulu.

"Nasib jomblo gini amat, anjirr. Umbar-umbar kemesraan. Lupa apa gimana, gue masih jomblo abadi?" desis Tama sambil menenggak air mineral di hadapan dispenser dapur. Ia berdiri sambil menenggak segelas penuh air mineral demi meredakan rasa kesalnya.

Padahal jika dilihat-lihat, jejaka tampan dua dekade itu banyak yang menyukai. Mulai dari karyawati Cafe Bandung, teman kuliahnya, tetangganya, ibu-ibu komplek seberang, atau bahkan relasi pertemanan di luar itu pun banyak yang berjajar mengantri. Namun ia selalu sibuk dengan apa yang ia tekuni selama beberapa tahun ke belakang.

Waktu Ayudisa bertanya, mengapa Tama tidak pernah mengenalkan atau membawa seorang gadis ke hadapan keluarganya, ia langsung berkelakar sambil menampilkan kanvas wajah sok tampannya.

"Inget, ya. Ada duit, ada co cwit."

Saat itu Ayudisa langsung terbahak kencang menanggapi banyolan tawa yang dicuapkan pada ranah semesta. Karena motto Tama sendiri ialah, 'Cuan dulu, baru kamu'

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang