00. Epigraf

2.8K 180 25
                                    

"Aku nggak bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku nggak bisa..."

Menghela napas pelan. Ia berusaha menenangkan isi hati yang lebih muda. "Bisa. Kamu bilang begitu karena belum berusaha untuk coba lagi 'kan?"

"Sekali aku bilang nggak bisa, ya tetap nggak! Kamu ngerti nggak, sih?!" bentaknya.

Di sana, figur pahlawan tanpa duaja tengah melandaskan kedua lengannya di atas bahu sempit milik sang wanita. Mengusapnya perlahan dan sedikit mengerat, sebagai perlakuannya memberi rasa kuat yang menyalur dari tatapan.

"Hey, listen to me. Kita bisa kok lewatin semuanya. Kita bisa menyelesaikan semuanya asal ada tekad dan niat yang kuat. Kamu lupa? Di sini ada aku yang berusaha untuk menguatkan kamu juga."

Menggeleng keras dengan hati yang menolak selaras. Ia bahkan menghempaskan potongan jari tuannya yang bertengger di atas bahu sang wanita. Pualam hitamnya menatap nyalang kepada daksa tuan agam yang terus menatapnya lembut tanpa celah, seakan memberi afeksi ketenangan dan menguatkan dirinya.

Tapi ia benar-benar tidak bisa, semesta. Ia sudah pasrah akan masalah yang tengah dihadapinya. Untuk kali ini saja... ia benar-benar meminta segala maaf atas dirinya yang egois demi membahagiakan seseorang di hadapannya.

"Tinggalkan aku saja. Aku pihak pasif yang tidak berusaha keras untuk mempertahankan hubungan ini. Aku wanita payah yang hanya bisa mengikuti alur semesta."

"No. You're not, babe. If you know how much i love you, mungkin nggak akan bisa kusebutkan seberapa besar aku mencintai kamu. Bukti nyatanya aku di sini karena aku mencintai kamu, sayang. Aku mohon untuk kali ini jangan bertindak gegabah, ya?"

Menggeleng pelan dengan pecahan kristal yang mulai bermuara di pelupuk mata. Ia menengadahkan jemala dengan tatapan menyedihkan.

"I know... i know you're so in love with me. But--"

"Sorry, i wanna leave you."


























Sepenggal kisah pelipur lara dari lakon yang berpuji sangka memberi hak lisannya angkat suara, dipersembahkan kepada kalian semua...




BAHTERA
©lenteramalam1, 2O21



Dengan para lakon yang tengah
meniti tiap langkah ceriteranya.









+ Nawangga Senapati Gandhi

+ Nawangga Senapati Gandhi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


+ Ayudisa Putri

+ Ayudisa Putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




DISCLAIMER!

Keseluruhan isi cerita ini
murni dari hasil pikiran saya.
Jika ada kesamaan, itu sama
sekali tidak disengaja. Dilarang
menjiplak karya ini tanpa seizin
lenteramalam1 Terima kasih...

Some scenes are mature content
So, be a wise reader. Thank you.




Untuk lanjut, tekan 1

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang