15. Salah Tingkah

194 30 30
                                    

“Feels good?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feels good?

Mengangguk sambil mendengus pelan. “Well, lumayan. Setidaknya rindu gue terobati.”

“Syukur deh kalau gitu.” Dada Shan melega usai mendengar penuturan wanita itu.

Setelahnya tidak ada lagi percakapan di antara keduanya. Sibuk mendengar bising suara anak kecil yang berlarian dengan sukacita. Mereka tertawa bahagia seolah tak punya beban di pundaknya. Wulan ikut senang melihat mereka.

Terduduk berdua di taman panti asuhan, mereka dikelilingi bunga-bunga dan segala macam tempat bermain yang menyenangkan. Rasanya damai, melebihi dari tempat-tempat yang diusulkan oleh Pemuda Gumilar tadi. Ini lebih baik, ketimbang harus berlama-lama di jalan tanpa bisa mengobati luka di hati.

Dalam diam, Shan memperhatikan seorang ibu pengasuh yang nampak berjalan-jalan dengan bayi mungil di gendongan. Didekap nyaman sambil ditimang-timang agar si bayi terlelap. Melihat hal itu, bibir Shan mau tak mau pun ikut mengembang. Hatinya damai, seperti melihat ibunya yang dulu menimang-nimang dirinya.

“Lucu, ya...” lirihnya yang tenggelam di antara banyak pasang telinga. “Andai waktu itu gue nggak bodoh. Mungkin gue bisa lihat ‘dia’ ‘kan?” gumamnya pelan bagai desisan.

Namun suara berintonasi rendah itu tertangkap jelas oleh pendengaran sang wanita. Dirinya sontak mengarahkan pandang pada seseorang di sampingnya dengan raut tak terbaca.

Dan sayangnya, lo adalah sebab-akibat dari perbuatan kita di masa lalu, Wulan berbicara melalui isi hatinya.

Pemuda berbadan tegap itu lantas menoleh dan mendapati Wulan yang terkejut saat tertangkap basah olehnya. Arah pandangnya seketika mengabur liar agar tidak bersitatap dengan masa lalunya itu.

Tapi nyatanya, itu sama sekali tak berhasil. Karena pertahanannya runtuh saat Shan menggapai jemari Wulan di pangkuannya. Mengusap beberapa potong jemarinya dengan pelan dan menggenggam erat untuk menyalurkan sebuah afeksi kepada Wulan seorang.

Tentu hal itu mendapat respon buruk oleh Sekar Hanggini. Ia berusaha melepas sekuat tenaga dari jeratan kekar milik Shan, tapi naasnya hanya berujung sia-sia.

“Lepas.”

“Gue nggak bakal lepasin lo lagi, Wulan,” lirih Shan dengan sungguh-sungguh.

Gerakannya terhenti, tetapi netra tajam miliknya berkata sebaliknya. “Jangan bercanda.”

I’m. Serious,” ucapnya penuh penegasan pada tiap kata-katanya. Mengggamit erat jemari lentik Wulandari.

I swear, I’ll never leave you again. Setelah semua yang gue lakukan, gue tahu kalau itu semua salah. Tapi gue berusaha untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu supaya jadi orang yang lebih baik kedepannya, Wulan,” ia memberikan penjelasan agar sang wanita mempercayainya.

Bahtera | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang