"Jangankan memilikimu, mengagumimu saja banyak rintangannya."
—Arishya Ellena Valerie
“RISHYA, BANGUN.”
Terdengar teriakan yang menggelegar dari lantai satu, teriakan itu mampu menggema ke seluruh penjuru rumah. Para penghuni rumah itu seketika langsung terkaget mendengar teriakan sang ibu negara, siapa lagi kalau bukan Mamih Citra.
Rishya yang tadinya sedang tidur langsung terperanjat dan segera bangun. Dengan setengah sadar, Rishya membalas dengan suara yang tak kalah seru, “Iya mamih, Rishya udah bangun.”
Buru-buru Rishya mengumpulkan kesadarannya, lantas ia berlari menuju kamar mandi yang terletak tidak jauh dari kamarnya.
Lima belas menit berlalu, gadis itu sudah selesai mandi dan sudah mengenakan baju seragam sekolahnya, tak lupa ia juga memakai jas biru tua yang serasi dengan baju seragamnya.
Kemudian ia menuruni tangga satu per satu, untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya yang telah menunggunya di ruang makan.
“Wah, harum banget. Mamih masak apa?”tanya Rishya saat mencium bau masakan yang begitu menusuk indra penciumannya.
Mamihnya menjawab sembari mematikan kompor karena masakannya telah matang.
“Nih mamih masak kwetiau kesukaan kamu sama papih.”
“Oh, sama itu juga, mamih bikin risol mayo. Kamu bawa aja ke sekolah, mamih bikin banyak, bagiin ke teman-teman kamu.” ucap mamihnya, melirik sebentar ke piring-piring berisi risol mayo.
Rishya bergegas memeluk mamihnya dari belakang dan berkata, “Makasih mamihku tersayang.”
“Tapi jangan cuma dikasih ke si Zian. Kasihkan ke yang lain Ca.” sahut papih Rishya yang tengah duduk di meja makan sambil menyeruput kopi hitam yang selalu hadir di meja makan setiap pagi.
“Iya Papih, iya, aku bakal bagiin ke yang lainnya juga kok. Oiya, nama calon mantu papih itu Zain, bukan Zian pihhh.” koreksi Rishya.
“Papih kamu ini, banyak kerjaan jadi suka lupa.”sindir sang mamih.
“Nama anaknya juga sering lupa, wong namanya Rishya kok jadi Ica. Padahal susah-susah mamih cari nama yang unik biar gak ditiru tetangga.”gerutu Mamih Citra, sambil memotong-motong timun untuk hiasan kwetiau dengan suara yang sengaja dikeras-keraskan. Gawat, dunia sedang tidak baik-baik saja.
Dengan wajah memelas, papih berkata, “Ampun mamih, papih gak bakal manggil Risa pake nama Ica.”
“RISHYA PIH. R-I-S-H-Y-A. RISHYA.”
Sepertinya Mamih Citra telah habis kesabarannya.
🍂🍂🍂
“Hoi, ini buku yang katanya lo mau pinjem.”
Seorang gadis berkata sembari menaruh sebuah paperbag di samping Zain.
“Thanks Al. Nanti gue kembaliin kalo udah selesai bacanya.” balas Zain.
“Sans aja sih lo mau ngembaliin kapan. Btw Zain, dah sarapan belum lo?” tanya Alora pada Zain yang tengah duduk di ruang tamu, sedang berkutat dengan buku paket fisika.
Zain menggeleng pelan sebagai jawaban dengan pandangan yang masih belum beralih dari buku paketnya.
“Makan dulu, ayo bareng sama keluarga gue.”ajak Alora.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Alora dengan sigap mengambil buku Zain dan menaruhnya ke atas meja.
“Makasih deh Al. Gue sarapan di kantin aja nanti.”tolak Zain dengan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zainrishya
Teen FictionArishya Ellena Valerie telah memendam perasaan pada seorang laki-laki bernama Andreano Afrizain sejak kelas 8. Dan saat kelas 11 ini, Rishya berkesempatan untuk sekelas dengan Zain. Bisakah Rishya mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hati Zain? At...