🥀32 Cerita dari Papih

29 4 3
                                    

"Jika masih bisa bersama, maukah kamu merangkai kembali cerita bersamaku?"

-Arishya Ellena Valerie

🍂🍂🍂

Happy Reading!

Zain menekan nomor pin untuk membuka unit apartemennya yang akan ia tempati untuk beberapa minggu ini, atau bahkan selamanya? Entahlah, intinya Zain sudah meminta maaf kepada Papahnya dan sudah mengemasi semua barang-barangnya di rumahnya yang lama.

Zain mengandalkan uang tabungannya selama ini. Baik Papah maupun Mamahnya, kedua orang tuanya itu tetap memberinya uang setiap bulan untuk biaya hidup meskipun mereka tidak lagi berada di rumah yang sama.

Beruntung Zain hemat soal uang, jadi laki-laki itu memiliki tabungan yang cukup untuk biaya hidupnya beberapa tahun kedepan.

Pintu apartemen terbuka, Zain melangkah masuk dan mengunci lagi pintunya. Kini, ia benar-benar tinggal sendiri, di tempat yang baru dan tidak ia miliki kenangan apapun disini.

Menghempaskan tubuhnya ke kasur berukuran king size, Zain menutup mata sebentar. Kedua matanya terbuka kembali saat ia merasa ponsel yang ia taruh di dalam tas bergetar.

Zain mengambil ponselnya dan segera mengangkat sambungan telepon dari nomor Mamahnya.

"Zain, kamu sudah sampai di apartemen?" Suara Mamahnya terdengar bersamaan dengan bunyi orang-orang yang berlalu lalang sambil menangis, Zain tebak Mamahnya sedang berada di Rumah Sakit saat ini.

"Aku udah sampai di apartemen, Mah. Habis ini mau beres-beres terus mandi." Jawab Zain yang memang sudah menyiapkan apa-apa saja yang harus dilakukannya hari ini.

Omong-omong, Mamahnya tahu tentang Zain yang pindah ke apartemen. Awalnya wanita itu kecewa atas keputusan Zain yang tidak mau tinggal satu rumah dengan sang Papah atau tinggal di rumah Mamahnya. Namun akhirnya ia paham, tidak akan semudah itu bagi Zain untuk beranggapan bahwa semuanya biasa saja dan tidak ada apa-apa.

Kembali ke sambungan telepon, Mamah Hana berpesan. "Kamu baik-baik disana ya, kalo kurang apa-apa bisa telepon Mamah. Mamah selalu ada buat kamu, Zain."

Zain mengulas senyum, meski ia tahu Mamah Hana tidak akan bisa melihatnya.

"Makasih, Mah. Aku bakal baik-baik aja kok." Ucap Zain meyakinkan.

Sambungan telepon ditutup setelahnya, Mamah Hana sedang sibuk mengurusi anaknya, jadi tak mungkin berlama-lama menelepon Zain.

Untuk pesan Mamahnya agar menghubunginya ketika butuh bantuan, Zain rasa itu tidak perlu. Bukan karena apa-apa, hanya saja ia tidak ingin merepotkan wanita itu dan berusaha untuk menyelesaikan setiap masalah serta kebutuhannya sendiri.

Zain sudah dewasa, tidak seharusnya ia merepotkan orang tuanya. Laki-laki itu menyadarkan dirinya sendiri kalau ia tidak boleh bergantung pada orang lain. Karena ini hidupnya, bukan hidup orang lain.

Seperti yang ia katakan kepada Mamah Hana, Zain akan berberes-beres terlebih dahulu sebelum ia mandi dan membeli belanjaan untuk makan keesokan harinya.

ZainrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang