"Perasaan, waktu, tempat dan kamu waktu itu masih berhasil membuatku tersenyum saat mengingatnya."
—Andreano Afrizain
🍂🍂🍂
Happy Reading!
Sia bercerita banyak tentang Ayahnya yang ternyata kini telah menikah lagi. Sia entah kenapa lebih terbuka saat berada di dekat Zain. Tidak, Sia tidak menceritakan tentang keluarganya pada siapapun termasuk orang-orang terdekatnya seperti teman-temannya, dan Sia adalah anak tunggal, tidak ada tempatnya untuk bercerita kalau bukan kepada Zain.
Selama ini Sia memendam semuanya sendirian, tanpa ada orang yang menjadi tempatnya bersandar dan berkeluh kesah.
Seperti orang lain yang membutuhkan sandaran, Sia juga begitu. Sia mendadak berubah menjadi seperti anak kecil jika di hadapan Zain. Tak ada raut wajah garang dan jutek yang biasa dilihat oleh orang-orang, hanya ada Sia yang mulutnya berkomat-kamit seperti burung beo.
Zain dengan setia mendengarkannya, orang-orang yang berlalu lalang di taman itu seolah tak terlihat. Hanya ada Sia yang menjadi pusat perhatiannya saat ini.
"Aku tuh kesel banget ya, rasanya pengen aku tarik rambut pirang istri baru Ayah." Gerutu Sia sambil menghentak-hentakan kakinya karena kesal.
"Tarik aja sih, aku dukung deh." Balas Zain menggebu-gebu disusul dengan tawa pelan.
Ini juga sisi yang hanya Zain tunjukkan pada orang-orang yang menurutnya dekat. Ia tak pernah memperlihatkannya pada orang yang baru mengenalnya atau orang yang tidak dekat dengannya.
Bukan sedang berpura-pura baik, Zain lebih ekspresif jika ia merasa nyaman dengan orang yang sedang bersamanya. Dan Sia adalah salah satu orang yang membuatnya nyaman itu.
"Iya kan, kamu pasti kesel juga kan? Dasar magadir itu orang!"
Zain mengangguk setuju, tapi setelahnya ia bertanya, "Tunggu-tunggu, magadir itu apa?"
"MANUSIA GAK TAHU DIRI!" Jelas Sia sambil berteriak, sampai orang-orang di sekitarnya menoleh.
Tanpa sadar rasa canggung diantara mereka perlahan terkikis. Zain dan Sia menertawakan kata 'magadir' meski kini banyak orang memperhatikan mereka berdua. Zain dan Sia, keduanya menikmati suasana saat ini. Enggan beranjak dari bangku taman dan pulang ke rumah masing-masing. Karena dahulu mereka pernah berkata jika rumah Zain adalah Sia dan rumah Sia adalah Zain.
Keduanya terlalu terbawa perasaan, sampai teringat bahwa mereka bukanlah sepasang kekasih lagi. Hanya seseorang yang pernah mengisi masa lalu masing-masing.
"Kamu mau ketemu karna bilang ini? Atau ada lagi?" Tanya Zain setelah tawa keduanya mereda.
"Oh bukan cuma itu aja. Kamu tahu kan aku suka karate sejak SD? Mau gak kamu datang buat dukung aku pas pertandingan hari Senin depan?" Pinta Sia, "Terakhir deh, aku gak bakal hubungin kamu lagi atau ganggu kamu setelah ini. Karena dari pertandingan karate itu aku bisa dapat beasiswa. Makanya aku mau kamu jadi semangat aku nanti. Boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zainrishya
Teen FictionArishya Ellena Valerie telah memendam perasaan pada seorang laki-laki bernama Andreano Afrizain sejak kelas 8. Dan saat kelas 11 ini, Rishya berkesempatan untuk sekelas dengan Zain. Bisakah Rishya mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hati Zain? At...