🥀9 His Ex

55 9 0
                                    

"Jika pemenangnya tetap masa lalu, maka untuk apa masa depan diciptakan?"

-Arishya Ellena Valerie

Happy Reading!

Pintu ruang tempat Zain dirawat terbuka, menampakkan 2 cowok yang masih mengenakan seragam SMA Elang Sakti yang ditutupi dengan jaket serta dua orang lainnya menggunakan seragam sekolah lain karena mereka bersekolah di tempat yang berbeda.

Salah satu dari mereka tersenyum menatap Rishya, Alora, Hasya dan Bunga yang berdiri tepat di hadapannya. Ia adalah satu-satunya cewek yang bersama dengan 3 cowok itu. Rambutnya bergelombang dengan warna merah terang, ia juga menggunakan lipstik berwarna senada yang terlihat cocok dengan wajahnya yang putih. Senyumnya manis, selain itu ia memiliki tinggi badan yang setara dengan cowok-cowok disampingnya.

Anastasia Arvhina namanya, cewek itu kerap dipanggil Sia oleh orang-orang terdekatnya. Keberadaan Sia di tempat ini alasannya karena Sia ingin menjenguk Zain, mantan pacarnya saat SMP dulu.

Bibir Sia terbuka, ia mulai berucap, "Eh ada Alora, Hasya, sama-" Sia menunjuk Rishya dengan kerutan di dahinya, ia tidak ingat dengan cewek yang satu itu.

"Rishya." Balas Rishya dengan cepat.

Sia membulatkan bibirnya, "Oh, iya Risa ya. Yang dulu pas gue pacaran sama Zain lo iri kan sampai-sampai bikin akun fake buat nge-hate gue?"

Sia menarik sudut bibirnya, sedangkan Rishya kalah telak karena Sia telah menyebutkan fakta yang telah ia lakukan di masa lalu.

"Haha, sekarang masih suka sama Zain? Lebih baik nyerah deh."

"Karena kayaknya Zain masih suka sama gue tuh."

Sebenarnya kenapa takdir Rishya seperti ini? Sekarang apakah Rishya harus bersaing dengan dua orang sekaligus? Satu orang yang selalu mengejar-ngejar Zain, satunya lagi adalah Sia yang tak lain adalah mantan pacar pertama Zain. Entah Zain masih memiliki perasaan atau tidak pada Sia, yang jelas saat SMP dulu, Zain terlihat begitu mencintai Sia. Hal itu membuat Rishya terlihat tidak suka dengan Sia.

Tetapi apa memang dari dulu Rishya sudah kalah? Kenapa masa lalu Zain datang kembali setelah dulu berselingkuh dengan orang lain dan memutuskan Zain secara sepihak? Apalagi berita tersebut tersebar luas sampai-sampai satu sekolah tahu. Apa Sia tidak mempunyai urat malu dengan mendatangi Zain seperti ini?

"Tukang selingkuh gak pantes sama Zain." Ketus Rishya merasa tidak terima dengan perkataan Sia.

Sia mengangkat tangan kanannya, ingin sekali Sia menampar wajah Rishya yang menatapnya dengan pandangan jijik.

"Ini Rumah Sakit ya. Tolong jangan bikin keributan yang bikin orang lain gak nyaman." Tegas Alora saat menyadari bahwa Sia yang seperti akan mengibarkan bendera perang.

Cowok bernama Farhan Franino yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya maju untuk menjauhkan Sia dari keempat cewek itu.

"Udah, jangan terbawa emosi, ini Rumah Sakit, bukan rumah lo." Ucapnya pada Sia.

Sia mengumpat pelan, berusaha meredam emosinya yang sedang mendidih.

"Kalian udah selesai jenguk Zain? Kita mau masuk." Kata Alora kepada dua cowok yang berdiri di depan pintu ruangan Zain.

"Iya udah selesai kok, nih kita mau pulang." Balas Leon, salah satu dari dua cowok itu.

Leon berjalan meninggalkan mereka, tersisa Steven Andersson yang justru mengobrol dengan Alora.

"Lama gak ketemu karena kelasnya jauh-jauhan, Al."

"Lo apa kabar? Baik kan? I hope your day is always good." Steven tersenyum menatap Alora.

Alora turut tersenyum, "Baik kok."

Steven mengangkat ibu jarinya menandakan bahwa ia senang mendengar jawaban Alora.

Hasya berdeham, "Hmm, ngapain malah pada nostalgia? Kita mau jenguk bukan mau ngobrol."

Rishya juga ikut berbicara, "Oiya, gue baru inget kalo Mamih nyuruh beliin kecap, gue duluan ya. Gue titip brownies buat Zain, titip salam juga ya." Rishya menyerahkan paperbag berisi brownies buatannya kepada Hasya.

"Shya, kok malah pulang sih?" Tanya Hasya bingung.

Namun Rishya seolah tidak mendengarkan itu, ia terus berjalan dengan cepat menuju tempat parkir Rumah Sakit.

"Maaf Al, gue gak tau kalian jenguk Zain hari ini juga. Jadi kacau kan suasananya." Steven mengacak-acak rambutnya. Ia merasa bersalah karena suasananya memburuk.

"Ini bukan salah lo kok. Bukan kesengajaan juga, jadi santai lah."

"Gue sama mereka masuk dulu ya." Ucap Alora, ia menyenggol lengan Steven sebagai pertanda bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Steven mengangguk dan menyingkir dari depan pintu, mempersilakan Alora dan dua orang lainnya untuk masuk.

🍂🍂🍂

Zain tersenyum sumringah saat menerima paperbag dari Hasya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada cewek itu.

"Oh iya, si Rishya titip salam katanya buat lo. Rishya tadinya mau jenguk tapi dia ada urusan, jadinya pulang duluan."

"Oke." Jawab Zain singkat.

Setelah itu Hasya memilih untuk duduk di sofa sebelah Alora, sebenarnya ia dan Zain tidak begitu dekat namun ia ikut menjenguknya saja.

"Hai Kak Zain." Ujar Bunga dengan tas plastik yang ada di tangannya.

Belum sempat Zain menjawab, Bunga kembali berbicara, "Sehari tanpa Kak Zain itu sekolah sepi banget. Rasanya kayak ada yang kurang. Kayak ada yang kosong."

"Aku nyari-nyari Kak Zain tau, tapi ternyata Kak Zain gak masuk."

"Aku bawa bolu pandan buat Kak Zain, semoga Kak Zain suka. Aku bikin tadi pagi jam 3 loh, dimakan ya!"

Lalu Bunga menyerahkan tas plastik berwarna hijau itu pada Zain. Zain menerimanya dengan senyum kecil.

"Thank you."

"Eh ada yang aku mau omongin juga ke Kak Zain."

"Apa?"

Zain yang sedang sakit bisa-bisanya diajak menebak-nebak apa yang akan Bunga katakan.

"Woi, gak sopan lo! Orang lagi sakit malah lo nyerocos terus?" Sahut Hasya terbawa emosi.

Tahu begitu tadi pintu Rumah Sakit Hasya tutup saja agar Bunga ini tidak bisa masuk.

"Kenapa sih? Kan aku tuh mau cerita ke Kak Zain!" Nada suara Bunga meninggi.

"Tapi dia lagi sakit. Lo bego apa gak punya otak?"

Alora melirik ke arah Hasya, "Hasya, udah."

Bunga merasa tidak terima karena ucapan Hasya, "Kok malah ngatain?"

"Ya lo bego!"

"Kak Hasya tuh yang kasar!"

"Diam!" Teriakan Zain menggelegar, membuat suasana seketika hening dan semua terdiam.

Zain benci pertengkaran. Karena pertengkaran itu yang membuat keluarganya hancur.

—Jumat, 21 Juli 2023 •Meyytiara

ZainrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang