Pada akhirnya waktu berjalan dengan cepat. Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang sudah berubah. Jalanan kota yang dulu dilalui kini makin berbeda, tempat-tempat yang dulu disinggahi sekarang mengalami perbaikan atau bahkan harus tutup karena keadaan. Manusia juga berubah, tidak ada manusia yang sama setiap waktunya.
Begitu pula yang terjadi pada Zain dan Rishya. Andreano Afrizain sekarang sedang berkuliah di Amsterdam, Belanda. Sedangkan Rishya memilih untuk kuliah di dalam negeri, dan saat ini ia sedang menunggu kepulangan seseorang di bandara.
Rishya tampil cantik dengan mantel coklatnya dan rambut yang sedikit bergelombang itu dibiarkan tergerai begitu saja. Senyumnya masih tak luntur menunggu kehadiran seseorang yang membuatnya senang bukan main. Setelah sekian lama penantian, akhirnya kini mereka bertemu juga.
"Rishya!" Sebuah panggilan dengan nada antusias menyapa indra pendengaran Rishya.
Rishya menyahuti dengan suara yang tak kalah seru. "Zain!"
Laki-laki bernama Zain itu berjalan dengan kencang dan membawa koper hitam yang diseret menggunakan tangan kirinya. Langkah kakinya yang panjang cepat membawanya menuju gadisnya, Arishya Ellena Valerie.
Tangan kanan Zain yang terbebas menarik tubuh kecil Rishya ke dalam pelukan hangatnya. Rindu yang selama ini selalu hinggap seolah terbang begitu saja, digantikan dengan rasa senang yang menjalar ke seluruh tubuh.
Rishya melepaskan pelukannya duluan karena merasa pengap. "Lepas dulu dong, aku gak bisa nafas nih."
Zain mengacak-acak rambut Rishya dan mencubit pelan pipi lembut gadis itu. "Lucu banget sih anak Mamih Citra."
"Kalo nggak lucu kamu masih mau nggak sama aku?" Goda Rishya jahil.
"Selama itu kamu, apa alasan aku buat nggak mau?" Jawab Zain yang berhasil membuat Rishya terbang sampai ke langit.
Rishya memukul pelan dada laki-laki di hadapannya ini, Rishya yakin kini wajahnya sudah semerah cabai matang.
Lalu mereka berdua tertawa, lamanya jarak memisahkan mereka tak membuat rasa sayang mereka terkikis. Nyatanya dengan bertemu saja, rindu itu seketika sirna. Tidak ada lagi kegalauan yang biasa menemani mereka kala berada di tempat masing-masing dimana mereka tidak bisa bertemu.
"Ayo cerita sambil jalan, kan nggak lucu di sini mulu." Ucap Rishya, mengambil tangan kanan Zain dan menggenggam dengan erat.
"Ayo deh, sayang."
Panggilan itu mulai Zain gunakan ketika mereka sudah menjalin hubungan yang serius. Cincin di jari keduanya menjadi saksi keseriusan Zain untuk hidup bersama Rishya selamanya, sampai hembusan nafas terakhirnya.
"Aku disana sepi banget nggak ada kamu. Males banget aku." Ujar Zain seperti anak kecil yang tengah mengadu kepada ibunya.
"Aku juga loh, tiap malem video call nggak bikin rindu itu pergi. Malah semakin banyak, menyiksa banget." Keluh Rishya yang merasakan hal yang sama.
Kunci sebuah hubungan memang komunikasi, tetapi komunikasi tanpa bertemu sama dengan siksaan. Beruntung Rishya dan Zain sama-sama dewasa dalam menyikapi hal ini, mereka sama-sama mengerti keadaan masing-masing dan tidak memaksakan harus dimengerti. Tidak mudah memang melakukannya, tapi jika saling mempercayai dan mendukung mimpi masing-masing maka hubungan itu tak akan terpecah dan semoga abadi.
"Gak apa-apa sih ya, yang terpenting kita udah bersama disini. Dan nggak akan ada yang memisahkan lagi." Sahut Zain bijak.
Rishya mengangguk setuju, semua keluhan yang ia rasakan hilang begitu saja ketika bersama Zain.
"Eh btw, kamu masih ingat Bunga nggak? Anggota tim basket SMAESA itu lho." Rishya bertanya tentang hal lain, sudah dari lama ia ingin menceritakannya pada Zain.
"Ingat, kenapa dia?"
Rishya menggebu-gebu memulai ceritanya. "Dia problematik kan sejak SMA. Sayang aja sih karena kasus kamera di gantungan kunci itu dilupakan gitu aja sama murid lain, meski dia akhirnya pindah sekolah. Tapi baru-baru ini, dia ketahuan nipu orang, mana korbannya banyak banget dan dia lagi kabur sekarang."
Maklum Zain dan Rishya selama ini menjalin hubungan jarak jauh, Zain tidak tahu informasi terkini dari tempat Rishya berada, begitu pula sebaliknya. Walau Zain cenderung tidak suka bergosip, jadi ia tidak memberitahu gosip apapun di tempatnya kepada Rishya kecuali yang memang benar-benar perlu diketahui gadis itu.
"Oh ya? Wah gila, punya nyali gede sih itu." Balas Zain mengomentari.
Mereka berdua berjalan menuju mobil berwarna putih milik Rishya. Sambil berjalan dan berbincang-bincang, tanpa sadar seseorang menabrak pundak Rishya dan keduanya terjatuh bersamaan. Genggaman tangan Rishya pada Zain pun ikut terlepas.
"Aw, sakit." Pekik Rishya yang tangan kanannya menggores aspal.
Rishya menoleh pada orang asing yang menabraknya barusan. "Kalo jalan hati-hati dong."
Orang itu ikut menoleh, menatap Rishya dengan wajah ketakutan. "Maaf."
Seusai itu ia berlari dengan kencang dan menutupi rambutnya dengan jaket hitam yang dipakainya.
"ZAIN, TADI SUARA BUNGA! JADI DIA KABUR KE BANDARA?"
"Kamu tenang dulu, aku bakal hubungi teman aku yang polisi. Siapa tau dia bisa bertindak." Terang Zain menenangkan, Zain membantu Rishya untuk berdiri terlebih dahulu sebelum laki-laki itu menelpon seorang polisi yang dikenalnya.
Dari kejauhan, ada seorang perempuan yang sejak awal menyaksikan Zain dan Rishya. Perempuan itu tersenyum tipis dan berjalan mendekat ke arah dimana Zain dan Rishya berada. Ia datang bersama seorang laki-laki yang berdiri di sebelahnya, laki-laki yang selama ini selalu membuatnya kuat.
"Rishya."
Rishya mencari sumber suara, perempuan yang ia kenali selama ini, datang dan tiba-tiba memanggil namanya. Padahal pertemuan terakhir keduanya tidak begitu baik, untuk apa ia kesini lagi?
"Gue mau minta maaf ke lo. Selama ini gue tahu kalo lo yang membuat hubungan gue sama Zain hancur, tapi gue salah, Shya. Ternyata yang jahat itu orang yang selama ini gue anggap teman." Ujarnya dengan nada penuh penyesalan.
Dari wajahnya tampak kalau ia menyesali semuanya. Rishya terenyuh, semua kekesalannya selama ini menguap. Sebenarnya Rishya tidak pernah kesal, namun lebih tepatnya ia selama ini sakit hati. Melihat Sia yang tulus meminta maaf kepadanya, Rishya tanpa ragu-ragu memeluknya.
Kedua perempuan itu saling memaafkan satu sama lain, mengatakan apa yang selama ini mereka tutupi dan pendam sendirian, supaya tidak ada lagi salah paham diantara mereka.
Semuanya telah berdamai, begitu juga sewaktu Rishya memandang seorang laki-laki yang berada di samping Sia. Dulu sosok itu yang tiap hari ia harapkan bisa menjadi alasannya untuk bahagia. Kini tak ada dirinya pun tak apa, Rishya telah menemukan seseorang lain yang juga mencintainya begitu dalam seperti Rishya mencintainya.
"Gue juga minta maaf Sia. Gue pasti pernah melakukan sesuatu yang bikin lo sakit hati." Kata Rishya.
Sekarang mereka semua mendapatkan akhir yang bahagia dengan kisah masing-masing. Baik Zain, Rishya dan Sia semua layak mendapatkan bahagia.
Tamat
Terima kasih telah membaca kisah Zain dan Rishya sampai akhir :)
Meyythor tahu kalau Meyythor masih penulis pemula dan pastinya banyak kesalahan, Meyythor minta maaf untuk itu dan semoga kedepannya karya-karya Meyythor bisa lebih baik lagi. Bagi yang mau baca cerita Meyythor yang lain, bisa cek di profil @meyytiara ya!!Sampai jumpa di karya aku selanjutnya♡
Sabtu, 06 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Zainrishya
Teen FictionArishya Ellena Valerie telah memendam perasaan pada seorang laki-laki bernama Andreano Afrizain sejak kelas 8. Dan saat kelas 11 ini, Rishya berkesempatan untuk sekelas dengan Zain. Bisakah Rishya mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hati Zain? At...