"Hatinya sehangat kacang rebus."
—Arishya Ellena Valerie
🍂🍂🍂
Happy Reading!
P
embicaraan tentang hantu misterius itu masih berlanjut, dengan Zain yang bertanya, Iqbal juga jadi bertanya-tanya siapa sosok dua cewek yang juga bertemu hantu seperti dirinya.
"Gue gak tau mereka siapa. Karena telinga gue lagi dengerin musik pake earphone yak, gue tau mereka cewek itu gara-gara gue lihat mereka sekilas pas hp salah satu dari mereka jatuh." Ujar Iqbal kembali menuturkan apa yang terjadi.
Zain melempar pertanyaan. "Terus, lo lihat sekilas tapi lo tetep gak tau mereka siapa?"
"Kan lantai dua gelap, gimana sih lo. Mana bisa gue liat orang di kegelapan begitu dah. Gue cuma liat yang satu rambutnya diikat, sama yang satu lagi rambutnya panjang."
"Nah, itu lo bisa liat mereka rambutnya panjang. Masa gak liat mukanya?" Zain masih bersikeras ingin tahu.
Aneh, padahal tadi Zain yang tidak ingin Iqbal bercerita tentang ini, tapi Zain juga yang mendesaknya untuk mengungkap lebih lanjut.
Iqbal membalas dengan cibiran. "Gue lihat sekilas dah, pas hp mereka jatuh kan ada cahayanya dikit. Keliatan rambutnya doang soalnya mereka langsung menunduk!"
"Ngomong dong dari tadi kalo mereka gak kelihatan mukanya. Lo ceritanya muter-muter sih, Bal."
"Dih, yang ada lo yang nanya gue terus." Balas Iqbal sensi.
"Tapi gara-gara ketemu hantu, gue jadi laper deh. Lo laper kagak?"
Zain mengernyit heran, apa hubungannya hantu dengan lapar? Iqbal mengada-ngada, bilang saja kalau lapar, tidak perlu membawa-bawa hantu segala.
Karena cerita hantu, Zain kan jadi ikutan takut. Tampangnya saja yang datar-datar saja, aslinya Zain sangat takut.
"Gue laper juga. Gue ikut lo beli makan."
Iqbal oke-oke saja, ia membiarkan Zain mengikuti langkahnya untuk pergi keluar sekolah. Berhubung kantin sekolah sudah tutup, mereka akan mencari makanan di luar. Yang Iqbal tahu, di sekitar sekolah mereka ada warung-warung yang biasa berjualan di malam hari.
"Dingin juga dah malam ini." Ujar Iqbal sambil mengusap-usap tangannya sendiri.
"Harusnya pake jaket." Balas Zain singkat.
Iqbal hanya mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih dan celana training berwarna senada. Wajar dirinya merasa dingin, berbeda dengan Zain yang memakai baju lengan panjang yang ditutup dengan hoodie warna hitam dan celana training abu-abu.
"Oy, mau kemana lo pada?" Tanya salah satu teman mereka yang kebetulan berpapasan di tengah jalan.
"Nyari makan." Jawab Zain.
"Oh nyari makan toh. Tapi jangan kemalaman, jam 8 nanti bakal ada apel pembukaan."
Zain mengangguk, begitu pula dengan Iqbal. Kedua laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya, melewati pintu gerbang sekolah yang terbuka lebar.
Zain dan Iqbal menapaki pinggiran jalan raya. Bisingnya kendaraan yang berlalu lalang memasuki kedua telinga mereka. Karena sekolah mereka dekat dengan jalan raya, mereka jadi bisa melihat kemacetan yang sedang terjadi. Hari sudah malam pun, masih banyak orang-orang yang pergi keluar rumah. Kalau Zain sih lebih memilih untuk belajar di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zainrishya
Teen FictionArishya Ellena Valerie telah memendam perasaan pada seorang laki-laki bernama Andreano Afrizain sejak kelas 8. Dan saat kelas 11 ini, Rishya berkesempatan untuk sekelas dengan Zain. Bisakah Rishya mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hati Zain? At...