🥀7 Layunya Afrizain

61 9 0
                                    

"Kamu sempurna! Kata orang yang hanya mengetahui sepenggal kisah dari keseluruhan hidupku."

Andreano Afrizain

🍂🍂🍂

10 Maret 20xx

Rumah sederhana milik orang tua Andreano Afrizain tampak indah dengan hiasan balon dan pernak-pernik berbagai warna. Di ruang keluarga tepatnya, terpasang foto-foto polaroid yang digantung dengan seutas tali warna putih, menampakkan wajah Zain dari bayi sampai ia berumur 9 tahun, tak lupa pula kue ulang tahun rasa coklat dengan hiasan buah cherry kesukaan Zain yang diletakkan di meja tengah ruangan. Hana—ibu dari Zain, tersenyum senang saat memerhatikan ruangan yang telah selesai dihias itu, memang hari ini sudah ia persiapkan matang-matang sejak seminggu yang lalu, karena ia berharap momen ini tak akan terlupakan bagi Zain, mengingat dirinya dan sang suami jarang sekali ada waktu bersama anak mereka satu-satunya itu. Untungnya hari ini dirinya ada cuti kerja, jadi Hana bisa merayakan ultah langsung bersama Zain, walau suaminya tidak bisa hadir karena pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Tapi setidaknya, Hana senang karena bisa merayakan ulang tahun Zain, juga dengan keempat keponakannya.

"Makasih ya, Alora, Fathir, Rava, sama Kenzo sudah mau bantu tante hias-hias." Ujar Hana, berterima kasih kepada keponakan-keponakannya yang telah membantunya menghias ruangan keluarga miliknya.

"Sama-sama Tante Lana." Timpal seorang anak kecil dengan baju sedikit longgar, ia adalah Kenzo yang baru berumur 8 tahun.

Alora menyikut adiknya dengan pelan, "Tante Hana! Bukan Tante Lana."

Hana tertawa kecil, "Haha, nama tante memang Hana Lanasita, jadi bisa dipanggil Tante Lana juga sih."

"Dasar bocil gak tau apa-apa." Sahut Rava seraya tertawa meremehkan. Tidak habis pikir, jiwa dingin dan sedikit julid anak itu terlihat sejak kecil, entah saat ia dewasa nanti akan separah apa kedua sifatnya itu.

"Bocil ngatain bocil haha." Fathir yang umurnya paling tua diantara mereka berempat, berkata sambil mengacak-acak rambut milik Kenzo dan Rava, tentunya mendapat lirikan tajam dari keduanya yang tidak suka rambutnya diacak-acak.

Hana yang khawatir mereka bertiga semakin parah bertengkarnya, langsung melerai, "Eh, udah haha, jangan berantem, mending kalian sembunyi dulu aja sebelum Zain pulang dari tempat les. Nanti Tante kasih kode kalau Zain udah pulang, oke?"

"Oke Tante!" Mereka berempat berkata dengan kompak, lalu bersembunyi di tempat-tempat seperti belakang gorden atau di bawah meja.

"Assalamualaikum Mama, Zain pulang." Seru Zain dari luar rumah, kemudian ia menekan bel yang terletak di depan pintu.

Namun, tak ada jawaban dari dalam rumah itu, membuat anak laki-laki itu bingung.

"Mama, Zain pulang." Ucapnya lagi, dengan suara yang sedikit keras.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Zain mencoba mendorong pintu kayu rumahnya, ternyata pintunya tidak dikunci, dan akhirnya ia pun masuk ke dalam rumah berwarna putih itu.

Sedangkan di dalam rumah, Hana dan keempat sepupunya telah bersiap-siap untuk memberi surprise kepada Zain.

"Mama dimana sih?" Tanyanya ketika telah memasuki rumahnya.

"SURPRISE!!" Seru Mamanya dan sepupu-sepupunya, membuat Zain membulatkan kedua matanya, betapa bahagianya anak laki-laki itu, kini dirinya tidak perlu merayakan ulang tahun sendirian lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.

ZainrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang