18. Ramuan Kuat

224 56 9
                                    

Danu menggigit ujung plastik. Mengeluarkan cilok dan menggigitnya. Rasa kenyal dan pedas bercampur jadi satu.

"Eh, minggu depan Sodiq nikah. Udah dapet undangan kan?"

Ozi yang menyedot es teh sirup warna merah dalam plastik itu pun mengangguk.

"Dateng sama Kiki?"

"Ya iya lah, masa bawa bini tetangga."

"Aku?"

"Ada temen Kiki, si Nanda tuh. Ngganggur dia. Ajakin sana, pamerin makan gratis terua dapet sovenir. Seneng pasti dia."

"Ntar deh kupikirin dulu."

Keduanya segera melajukan motor setelah habis jajan sorenya. Ozi pulang ke rumah dan Danu mampir ke mini market sebelum pulang.

Sampai di rumah, Kiki menyambut Ozi dengan daster basah. Ozi hanya memandangi saja. Sudah pasti gara-gara nyuci piring. Ia pun berlalu masuk.

"Masak apa?"

"Belum masak, ini habis beres cuci piring."

"Baru pulang nganterin barang?"

Ozi meletakkan sepatu, melepaa tas dan masuk kamar. Mengganti baju tanpa menutup pintu. Toh, seluruh tubuhnya juga sudah dilihat Kiki. Dini hari sampai subuh tadi kan mereka mengulang kembali masa keemasan yang terjadi.

"Abang mau dimasakin apa? Aku lagi nyolokin nasi."

"Beli lauk aja di luar. Ayam lalap apa bakar?"

"Bakar aja. Bebas minyak, badan jadi kenyel nggak gelampir lemak."

Ozi menatap Kiki yang sibuk menyapu di depan TV. "Kamu nggak gendut. Ngapain takut minyak."

Kiki menghentikan sapuan. "Masa? Tapi kayak berat banget badanku."

"Jangan diet, Ki. Ntak nggak kenyel lagi. Mana enak diremesin, ditepokin, digigitin kalau kempes?"

Kiki nyengir. "Gila. Bagian ginian dibahas banget."

Ozi hanya terkekeh. "Enak sih. Kenapa nggak kemarin-kemarin nyodorin diri. Tahu gitu dari awal nggak usah nolak kali ya."

Kiki hampir menimpuk Ozi. Laki-laki itu ngibrit ke kamar mandi menghindari tebasan sapu Kiki.

"Ki, sempak gue ambilin dong. Yang merk buaya buntung loh!" teriak Ozi dari dalam kamar mandi.

"Deh, meresahkan amat."

***

Weekend ini Kiki tak minat live. Barangnya sedikit dan belum ada stok lagi. Jadi, ia memilih libur. Nanda sendiri juga rebahan di rumah nonton Ragil goyang di ponsel.

Sementara Kiki juga rebahan tapi sendirian di depan TV. Ozi pamit pergi sejak selesai sarapan dan sekarang sudah hampir tengah hari.

Baru saja Kiki lelap, Ozi pulang dengan wajah girang dan kantong kresek di tangan.

"Udah pulang, Bang? Bawa apaan? Wadai?"

Ozi menggeleng. "Bukan. Ini bekal buat nanti malam. Siapkan dirimu, Ki. Tidur dulu aja sana."

Kiki yang masih agak ngantuk tak begitu peduli juga. Ia kembali memejamkan mata tapi malah tak bisa tidur. Ia bangun dan menhampiri Ozi di kamar.

"Bang, jalan yuk. Pengen ngemol. Beli es teh aja nggak papa."

Ozi yang sedang menata bear brang, telor bebek dan madu pun menoleh.

"Ngapain ngemol?"

"Jalan aja, temenin."

Ozi melirik jam. Satu setengah jam lagi duhur. "Ya udah, berangkat habis duhur aja biar nggak pulang malem-malem," putus Ozi.

Kiki mengangguk senang dan gegas ke kamar mandi. Sementara Ozi tengah sibuk menyiapkan ramuan stamina untuk nanti malam. Mumpung besok libur. Ia bisa non stop bergumul dengan Kiki. Resep dari temannya ini katanya sudah terbukti ampuh. Tahan lama, stamina terjaga. Menunjukkan kejantanan dan keperkasaan dengan ramuan alami.

__________

Maaf baru come back nulis lagi kawan.

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang