27. Rencana Merepet

179 38 6
                                    


"Gimana nih?" tanya Daru yang menolehkan kepala dari memandangi layar ponselnya.

"Ada apa sih?" tanya balik Ozi.

"Ini loh Ambar ngajakin jalan, mumpung hari Minggu kan dia libur."

"Jalan ke mana kayak kita masih remaja aja suka jalan. Aku pengennya malah duduk aja udah nyampe tempat tujuan."

"Ya nggak gitu juga kali. Nggak tahu ngajakin jalan sama makan di luar katanya. Kangen main Timezone bareng-bareng kita."

Fauzi yang sedang menyedot kuat-kuat es kelapanya hanya bisa geleng-geleng kepala. "Kenapa sih ngajakin kok ke Timezone. Emang kita ini anak kecil apa sih. Ngajak ke pantai kek, kolam renang apa ke Villa biar lebih kelihatan kita ini udah gede," protes Ozi

"Nggak tahu deh, Zi. Tanya aja ini sama Ambar. Katanya dia nanya kamu nggak ada respon. t
Telepon nggak diangkat, terus pesan nggak dibalas. Emang kalian lagi marahan ya, bukannya udah damai dan udah nerima keadaan masing-masing."

Ozi menyelesaikan kunyahan kelapa mudanya lebih dahulu sebelum menjawab, "Iya sih dianya udah aku kasih pengertian kalau aku udah nggak bisa sama dia. Udah ada Kiki, tapi tetep aja dia tuh mau dimadu. Pengen banget dijadiin istri. Aku kan bingung, gimana bagi waktunya. Sama Kiki aja aku udah empot-empotan nambah ronde, gimana nambah personel. Aku yang tumbang dikeroyok dua bini."

Daru mengelus dadanya. "Enak banget jadi kamu direbutin dua cewek. Kok aku nggak ada yang ngerebutin ya, malah semut-semut yang rebutin gula di esku," curhatnya pada Ozi merasa dunia tak adil.

Takdirnya kenapa tidak sebahagia Ozi. Mendapat jodoh dan juga dicintai sang mantan.

"Enak apanya, pusing yang ada. Aku di rumah kayak maling aja nerima telepon dari Ambar.
Sembunyi-sembunyi padahal nggak selingkuh. Tapi mau gimana lagi ya, godaan Ambar kamu lihat sendiri kan. Gimana pengen banget minta ditindih."

"Iya juga sih tapi ingat Kiki, Zi. Kamu udah ada yang ditindih masa mau tinggalin gitu aja."

"Nah makanya, serba bingung pokoknya. Aku nggak bisa benci sama Ambar biarpun dia nyakitin aku kayak gitu. Tapi aku juga nggak bisa nyakitin Kiki yang udah jadi istri baik buat aku. Andai aku punya kembaran, mungkin aku bakal bagi satu-satu. Buat Ambar satu, buat Kiki satu. Biar sama-sama nggak ada yang tersakiti."

Daru berdecap sewot. "Nggak usah mikir jauh-jauh kembaran deh, Zi. Ada temenmu kayak gini xoba kasihkan ke aku."

"Ya kalau Ambar nya mau. Buktinya tiap hari kumpul bertiga aja dia nempelnya ke aku bukan ke kamu."

"Iya sih itu nggak usah diperjelas lagi kalau aku kalah spek banget sama kamu."

Keduanya mengobrol terus sampai menghabiskan lima potong gorengan dan segelas es kelapa muda. Setelah itu baru pulang masing-masing ke rumah. Jajan setelah pulang kerja tidak bisa dipungkiri dan menjadi hal yang wajib mereka lakukan.

Daru sudah memutuskan untuk mengiyakan ajakan dari Ambar. sementara Ozi akan minta izin dulu pada Kiki agar tidak ada hal yang menimbulkan salah paham.

Jawaban iya dari Daru membuat Ambar di seberang sana yang tengah bekerja hendak bersiap pulang pun merasa senang. Ia akan menggunakan waktu tersebut semakin dekat dengan Ozi. Mengenang masa-masa waktu ia masih berpacaran dulu, sering jalan berdua bertiga dan main tanpa memikirkan beban hidup yang tengah membelenggu mereka berdua.

_Ozi gimana mau kan dia?_

Ketikan pesan Ambar ditujukan pada Daru yang ditugaskan untuk membujuk Ozi.

_Kayaknya sih mau mau izin dulu sama Kiki_

Agak 'nyes' sedikit hatinya karena Ozi harus izin dulu pada istrinya. Tapi tak mengapa, semoga saja Kiki memberi izin.

***

Kiki baru sampai rumah menjelang isya bersama dengan Nanda. Ozi yang menyemil kuaci di depan televisi menyambut kedatangan sang istri dan temannya tersebut.

"Baru pulang kalian?" tanya Ozi pada sang istri yang kepayahan karena begitu masuk rumah Kiki dan Nanda langsung merebahkan diri depan TV.

Membuat Ozi menyingkirkan sampah kuaci agar tidak tertendang kaki Kiki.

"Iya kami capek banget mana COD an jauh lagi rumahnya. Terus kurir yang biasa kita pakai buat tempat yang jauh malah nggak bisa. Jadilah kita berdua yang nganterin."

"Udah magrib tadi kan?" tanya Ozi mengingatkan.

"Udah kok, Bang sama Nanda tadi. Abang udah makan belum?"

"Udah tadi kan kamu bikin tumis terong Tahu sama ampal jagung. Kalian udah makan belum?"

"Belum, Bang. Tadi mampir beli es aja udah habis di jalan, jawab Nanda yang juga merebahkan diri bersama Kiki.

"Makan dulu sana. Mau digorengin telur nggak?" tawar Ozi.

"Boleh, Bang, dua ya aku sama Nanda. Makasih."

Ozi menuju dapur memasakkan dua telur dadar untuk istri dan temannya. Bukan hal pertama terjadi seperti ini. Lagi pula ia dan Kiki sudah saling memahami satu sama lain soal kerjaan rumah. Tidak terpaku pada tugas yang mengharuskan istri melayani suami terus-menerus.

Selesai menggoreng telur dan menaruhnya di dalam tudung saji, Ozi bergabung kembali dengan dua perempuan yang sudah seperti ikan pindang dijemur.

"Udah siap tuh telurnya."

Kiki bangun diikutin Nanda. Keduanya pun ke kamar mandi bergantian lantas mengambil nasi. Dibawanya ke depan televisi bergabung dengan Ozi yang masih mengemil kuaci rasa susu sambil melihat bola.

"Oh ya, Ki, minggu nanti aku mau jalan boleh nggak?" tanya Ozi meminta izin pada sang istri.

"Jalan sama Daru? Ke mana? Kiki bertanya sambil mengunyah makanan.

"Nggak tahu ke mana, main-main aja. Nggak sama Daru juga sih, ada Ambar juga."

Kiki sontak tersedak makanan yang ia kunyah begitu mendengar nama Ambar disebut. Nanda yang peka langsung mengambilkan gelas air minum untuk Kiki.

Setelah tenang dengan air mata yang menetes sedikit karena tersedak bukan karena merasa sedih, Kiki pun berkomentar.

"Kok sama Ambar juga mainnya. Ke mana, ke hotel mau threesome gitu?"

"Sembarangan. Enggak lah, aku nggak gitu. Aku kan mainnya sama kamu aja.Ya udah kamu ikut aja deh biar nggak salah paham. Orang cuma jalan aja," tawar Ozi pada akhirnya menawari Kiki ikut

Nanda di sampingnya menyenggol lengan Kiki, mengisyaratkan dengan anggukan agar Kiki mau menerima ajakan Ozi tersebut.

"Emang boleh aku ikut? Ntar ganggu lagi."

"Kenapa ganggu sih."

Kiki mengganggu antusias. "Tapi Nanda ikut juga ya biar aku ada temen ngobrol. Kan aku kurang akrab sama mantan kamu itu," izin Kiki setengah menyindir.

"Iya ikut aja sekalian kamu ajak temen-temen yang lain juga nggak apa-apa biar rame."

________

Bab 37 dan 38 di KARYAKARSA udah update juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 37 dan 38 di KARYAKARSA udah update juga ya. Met menunggu bedug magrib.

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang