29. Mengulang Rasa

171 33 8
                                    

"Loh kok kamu punya?" tanya Kiki saat mendapati Nanda memegang kartu seperti miliknya.

"Iya dikasih sama Bang Daru. Katanya suruh habisin nggak papa."

Kiki langsung mengedipkan matanya. "Cie cie Bang Daru ya, kemarin-kemarin aja nggak mau manggil nama. Sekarang udah pakai Abang sayang segala," goda Kiki yang malah membuat Nanda tersenyum-senyum malu.

"Ah kamu bisa aja bikin jiwa keperawananku meronta-ronta."

Kiki terkekeh. "Dasar jomblo. Terus Daru ke mana sekarang. Sama Bang Ozi?" tanya Kiki mengedarkan pandangan tidak mendapati dua laki-laki itu dalam radius terdekat.

"Nggak tahu kayaknya sih nemenin Bang Ozi main. Biarin lah yang penting kita dapat kartunya bisa main sepuasnya. Jarang-jarang kita bisa main kayak gini. Biasanya kan cuma main lato-lato aja di rumah model gratisan pinjam anak tetangga lagi."

Kiki mengangguk membenarkan. "Benar juga sih kita modal pinjem sama gratisan aja. Nih mumpung saldonya banyak, ayo kita gas habis-habisan terus tukar hadiah," rencana Kiki begitu menggebu-gebu.

"Ayo gas langsung!"

Keduanya menjelajahi permainan satu persatu. Semua dijelajahi bahkan sampai naik wahana pun juga dijabani. Tidak malu dengan tatapan ibu-ibu yang menunggu anaknya, melihat dua bocah yang masa kecilnya kurang bahagia itu ikut bermain wahana bersama anak-anak mereka.

Usai main wahana, Kiki dan Nanda kembali menelusuri permainan memencet bola. Mencoba peruntungan dengan menekan tombol angka, bermain Zombie vs tanaman sambil basah-basahan fan cekikikan tiada G.guna sampai main masak-masakan, membuat kue yang menghasilkan koin. Tiket pun juga sudah terkumpul. Ada beberapa yang memang menang jackpot, membuat keduanya girang bukan main. Bahkan hanya mendapatkan satu tiket saja mereka sudah senang. Maklum masa kecil mereka kan tidak sebahagia ini.

Daru yang meninggalkan empat manusia entah terorak-arik di mana, duduk santai sambil menyedot es teh yang ia pesan. Dirinya tidak bernafsu untuk main game, biar saja Nanda yang menikmatinya bersama Kiki. Sementara Ambr dan Ozi, Daru malah tidak tahu pergerakan dua manusia itu sedang di mana.

Daru keluar dari arena bermain, duduk di stand penjual es teh yang harganya dua kali lipat dari harga warung biasa dibeli. Tapi rasanya sama saja. Teh dikasih gula, es batu dan diminum dengan sedotan.

Daru juga membeli empat gelas lagi dengan varian original karena tidak tahu selera masing-masing, sementara menu yang ditawarkan ada banyak jenis. Jika ia bedakan satu persatu takut nanti rebutan rasa berbeda rasa.

Selesai membeli ia bawa empat gelas teh itu masuk ke arena bermain. Daru duduk di dekat mainan dance di mana Kiki dan Nanda sedang bergejolak di sana. Menarikan dance Kpop sambil kakinya aktif memencet tanda panah. Melihat keberadaan kedua perempuan itu, Daru bertepuk tangan menyemangati.

"Minum dulu!" teriak Daru pada dua perempuan yang ngos-ngosan dan berkeringat.

Kiki menoleh pada Daru diikuti Nanda. Mereka berdua menghampiri duduk, mengambil es teh dan menyedotnya masing-masing.

"Seru banget kalian mainnya. Udah habis belum?" tanya Daru pada dua manusia yang duduk samping kanan kiri. Berasa dirinya Raja dikelilingi dua selir yang tengah berkeringat dan ngos-ngosan.

"Masih Kok aman pokoknya mau main sepuasnya ini," jawab Kiki.

"Udah, Ki ayo main lagi. Es tehnya taruh sini biar dijagain sama Bang Daru," ajak Nanda yang tak sabaran ingin menjajal semua permainan lain.

Kiki bahkan tidak ingat dengan Ozi lagi. Ia terlalu larut dalam permainan. Daru mengedarkan pandangan ke berbagai game yang terdekat dalam radius pandangannya lalu menemukan sosok Ozi dan Ambar tengah bermain bola basket. Permainan yang sering mereka berdua mainkan sejak dulu.

Daru mengambil dua gelas yang masih utuh, menghampiri mereka berdua. Menyenggol Ozi yang tengah melemparkan bola.

"Minum dulu, haus kan?" kata d
Daru menyodorkan gelas pada Ozi.

"Ah makasi, Ru. Tau aja lagi haus, keringetan lagi," sambut Ozi yang kemudian memberikan satu gelas lagi pada Ambar.

"Makasih, Ru baik banget sih."

"Iya sama-sama udah ya aku tinggal. Aku duduk di situ males mau main," pamit Daru yang meninggalkan Ambar dan juga Ozi melanjutkan permainan basket.

Selesai bermain basket  Ozi ingin menghampiri Daru karena melihat Kiki sedang berada di dekat temannya tersebut. Menyeruput es teh sambil menata tiket yang didapat.

Namun Ambar mencegah. Ia menggelengkan kepala memberi isyarat agar Ozi tidak menghampiri sang istri, melainkan mengikuti dirinya. Ambar sudah langsung menggandeng Ozi masuk ke dalam salah satu photobox.

"Kita foto dulu yuk. Udah lama kita nggak berfoto buat kenang-kenangan," kata Ambar membujuk Ozi padahal Ozi sedang kuyup dengan keringat juga merasa tidak ganteng maksimal tapi malah diajak berfoto.

"Tapi, Mbar aku lagi kayak gini. Jelek banget pasti," elak Fauzi yang sebenarnya tidak nyaman di satu tempat sempit berdua dengan Ambar. Kalau tadi kan berduaan tapi di tempat yang ramai. Ia takut Kiki nanti malah mencari, memergoki dan berpikir macam-macam karena ia tidak terlihat lama.

"Nggak papa kan bisa diedit kamera jahatnya. Tenang, kamu tetap ganteng kok biar lusuh sekalipun," kata Ambar menenangkan, membuat Ozi fokus pada kamera.

Beberapa pose diambil. Ozi sebenarnya tidak pandai membuat ekspresi foto. Ia hanya bisa senyum, meringis, menggigit, mengaung, berkedip, membuka mata dan memejamkannya. Tidak ada ekspresi yang begitu menarik, bahkan lebih ke menjijikkan. Tapi Ambar malah merasa senang karena ozi terlihat begitu menggemaskan.

Tinggal pose terakhir. Ozi membuat ekspresi menggigit jari sementara Ambar di sampingnya ingin melakukan hal yang sama. Namun perempuan itu tiba-tiba berubah pikiran. Pada jepretan terakhir ia malah mencium pipi Ozi diikuti ekspresi terkejut dan jari yang tergigit. Membuat dua manusia tersebut sangat serasi dengan ekspresi yang dihasilkan.

Ozi jelas terkejut. Ia menoleh pada Ambar. "Kenapa kamu cium aku?" kata Ozi setengah marah.

"Dikit aja sih cuma ini kok, nggak minta lebih."

"Tapi jangan di sini. Kamu juga jangan lakuin kayak gini lagi. Aku udah nikah, Mbar. Uu
dah beda situasinya sama dulu," jelas Ozi menguatkan iman.

Ia haru tahan agar tidak tergoda dan terperdaya lagi pada mantannya yang begitu membuatnya hampir merangkak ingin kembali ke masa lalu. Mengulang masa indah meski dengan rencana masa depan yang masih abu-abu.

Ambar hanya diam melihat ekspresi marah Ozi. Setelah laki-laki itu mereda, Ambar menangkup tangan sang mantan kekasih. "Iya maaf ya aku keceplosan. Aku udah nggak tahu lagi harus gimana sama kamu. Kesempatan ini memang nggak datang, tapi aku benar-benar bakalan manfaatin kesempatan bisa dekat sama kamu lagi. Sadar nggak sejak tadi kita main lepas dan kamu nggak ingat udah nikah. Artinya, kamu masih nyaman sama aku, Zi."

Senyuman kemenangan Ambar membuat Ozi sadar ia sedang melupakan Kiki sejenak.

______

Bab 39 udah update di KARYA KARSA ya. Minal Aidzin Wal Faizin maaf belum balas komenan kalian.

 Minal Aidzin Wal Faizin maaf belum balas komenan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang