20. Sang Mantan Bahenol

208 46 11
                                    

Kiki mengerjap sejenak. "Ambar siapa ya?" bingung Kiki. Seingatnya ia tak punya teman bahenol begini dengan nama Ambar.

"Aku mantannya Ozi."

Kiki langsung menganga tak percaya. Ozi suaminya punya mantan super model begini? Padahal Ozi tak sekeren Chef Juna yang layak disandingkan dengan si Ambar ini.

"Oh, mantan. Kalau gitu kenalin aku Kiki. Istri sahnya Ozi. Senggol dulu dong. Slebaww! tantang Kiki lantas menjulurkan tangannya.

Ambar tersenyum manis dan membalas jabat tangan dari Kiki.

"Oh, Mbak yang dijodohin sama Ozi. Ya udah deh, Mbak. Langsung pamit saja. Kan Ozi juga nggak ada di rumah. Nanti saja aku mampir lagi."

Menyibakkan rambut dengan tangan gemulai, Ambar pamit undur pulang. Meninggalkan Kiki yang berdecap dengan tangan dilipat di dada.

"Bah, si Ozi pernah punya mantan empuk depan belakang. Mana tinggi banget. Pantes dia ogah sama aku. Ah, apa aku gelantungan di pintu aja ya biar bisa nambah tinggi."

Melihat mantan Ozi hilang dar pandangan, Kiki kembali ke belakang. Melanjutkan kesibukan kaum perempuan yang tak punya karir di kantoran.

Selesai semua kerjaan, Kiki merebahkan tubuh di kasur depan TV. Ia lelah, dari kegiatan serangan fajar dan kegiatan rumah. Menyalakan TV guna menina bobokan dirinya, Kiki berhasil tertidur.

Sampai ia bangun karena Nanda datang. Barulah Kiki terpaksa bangun dan mulai menyiapkan jualannya.

***

Ozi menarik resleting celananya selesai melepas hajat. Keluar toilet, Daru sudah melambaikan tangan agar gegas pulang.

"Gimana? Ampuh?" tanya Daru begitu keduanya jalan beriringan ke parkiran.

"Belum sempet dicekoki, dia molor duluan."

"Wah, gagal dong."

Ozi menggeleng dengan senyum malu-malu. "Nggak lah. Tadi pagi udah bobol lagi, nggak usah pakek ramuan."

Daru melebarkan mata ikut senang. "Wuih, selamat, Bro. Udah nggak malu-malu sekarang. Gas teros lah tiap hari."

Ozi mengacungkan jari jempol. "Sip mantap."

Tiba di parkiran, keduanya mencari motor masing-masing. Setelahnya mereka akan mampir jajan dulu seperti biasa. Kali ini Ozi mau nongkrong makan gorengan dan es teh saja.

Baru juga keluar melewati pos satpam kantornya, Ozi dikagetkan dengan motor yang berhenti di sana. Memanggil namanya dengan lambaian tangan dan senyum semringah.

Hal yang dulu pernah beberapa kali Ozi temui. Dengan orang dan tingkah yang sama. Menyambutnya saat pulang kerja seperti ini.

"Ozi!"

Daru ikut menoleh dan menghentikan motor padahal nama Ozi yang dipanggil. Namun, manusia bahenol yang sedang meneriakkan nama sang sahabat tersebut cukup membuatnya kaget juga. Bisa-bisa Ambar muncul lagi setelah Ozi kini sudah bercocok tanam di ladang yang sah. Bahagia pula hubungannya. Kenapa masa lalu malah datang di saat tak tepat begini. Baru juga Ozi memulai bahagia hampir samawa. Malah datang bencana. Coba Ambar ini naksirnya dia aja. Nggak perlu repot jadi pelakor nantinya. Digrepe juga Daru sudah sangat siap.

"Ambar?" sapa Ozi mendekatkan motor ke tempat Ambar menunggu.

Ambar turun dari motornya dan makin mendekat. Menunggu Ozi berhenti.

"Ozi, gimana kabar? Kangen banget tahu!" kata Ambar langsung menggelayut di lengan Ozi.

Daru berdeham keras memberi kode peringatan pada Ozi. Ini masih di tempat kerja. Karyawan lain juga pada berhamburan keluar.

Ozi paham dan melepaskan gelayutan Ambar di lengannya. Mencoba melerai batin yang diajak nostalgia akan masa lalu.

"Aduh, jangan kayak gini, Mbar."

"Terus di mana dong? Ke rumah kamu?"

"Ya nggak juga sih. Kan kamu tahu kalau kakak aku galak."

Ambar menggelengkan kepala manja. "Bukan rumah kamu yang itu. Tapi yang lagi kamu tinggali sama istri kamu."

Ozi kaget. Bagaimana bisa Ambar tahu rumah kontrakannya dan Kiki? Astaga, hidupnya pasti akan rumit lagi ketemu godaan nafsu yang susah payah ia tahan.

"Kaget ya, aku tahu. Bahkan aku udah kenalan loh sama istri kamu. Kecil ya dia. Kamu puas, sama dia?"

Mendengarnya Daru malah terbatuk-batuk. Membuat Ozi melirik kesal pada sahabatnya yang sejak tadi kasih kode apa ngeledek nasibnya.

"Kita cari tempat aja jangan di sini, Mbar. Kita mau nyemil. Kamu ikutan aja!" ajak Daru menengahi.

Ambar mengangguk. "Oke deh."

Ozi melaju lebih dulu diikuti Ambar dan Daru pastinya. Mereka bertiga mampir ke warung gorengan tepi jalan. Tak terlalu rame tapi gorengan masih hangat.

Ozi dan Daru pesan es teh, sementara Ambar pesan es kelapa. Masing-masing mengambil piring dan mengisinya dengan aneka gorengan yang diinginkan. Tak lupa sambal dalam piring lebih kecil.

Satu meja isi tiga manusia dengan aneka gorengan yang menemai. Daru duduk di sebelah Ambar demi kenyamanan bersama sementara Ozi di hadapan Daru. Sengaja menjauh agar imannya tak melirik belahan dada yang menyembul minta dilirik dan dijelajahi saja.

"Gimana kabar kamu, Ru?" tanya Ambar yang memang juga mengenal baik Daru.

"Ya gini-gini aja masih jomblo. Kenapa emang?"

"Nggak papa sih. Kirain bakal nyusul Ozi juga."

Daru menggeleng sambil mengunyah pisang goreng dicocol sambal. "Nggak. Aku masih mau berkelana jadi kadal gurun baru tobat setelah ketemu Putri Kaktus."

Ambar tertawa dengan celetukan Daru yang memang selalu mencairkan suasana. Ambar agak canggung rasanya melihat Ozi yang menjaga jarak darinya dan diam tak menanggapi. Biasanya Ozi rame saling melempar canda.

"Zi!" tegur Ambar.

Ozi menegakkan kepala. Masih tak menyangka saja bertemu Ambar. Perempuan yang membuat imannya setipis kulit lumpia, sumber keributan Ozi dengan kakaknya, dan perempuan yang seenaknya meninggalkan dirinya begitu saja. Alasan Ozi merasa kesal bukan main. Hanya jadi permainan karena dianggap cupu. Digoda habis-habisan sampai ia bertengkar dan berakhir dijodohkan oleh kakaknya.

Bisa-bisanya ia datang kembali merasa akrab dan tak terjadi apa-apa yang membekas di hati. Datang dengan tanpa dosa. Menemui Kiki lagi. Mengatai kecil. Ah, memang benar sih Kiki kecil. Tapi nyalinya jangan ditanya. Bisa menggunjang sungai dan gunung. Ozi saja sampai terkapar tak berdaya dengan nyali maut Kiki.

"Apa?"

"Puas nggak sama dia? Mau dipuasin nggak? Oyooh yuk!"

Daru tersedak es teh dan Ozi melotot kaget.

___________

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang