28. Tak Seperti Bayangan

175 39 2
                                    

Ozi hanya mengabari Daru bahwa Kiki mengizinkan dirinya ikut main esok hari Minggu. Pesan itu disampaikan kepada Ambar, jelas saja perempuan itu girang bukan main. Ia bahkan sudah membeli baju baru yang akan dipakainya nanti untuk jalan bersama Ozi dan Daru.

Ambar sudah membayangkan nanti ia bisa bergandengan tangan berduaan jalan dengan Oz tanpa takut atau resah ada yang rumor. Toh mereka dulu juga serung jalan. Daru pun sudah pasti akan bungkam dan tutup mulut, tak mungkin mengadu, tak mungkin iri dan juga tidak mungkin berkomentar.

Setelah merapikan alis, Ambar melihat pantulan dirinya di cermin. Terlihat sempurna, tetap cantik dan pastinya akan selalu tetap menjadi idaman di hati Ozi.

Tempat janjian mereka langsung bertemu di mall yang t
Timezone-nya lebih luas. Ambar yang begitu bersemangat, datang terlebih dahulu. Ia pun menunggu di teras Mall yang ada beberapa tempat duduk bisa ia digunakan sembari menunggu kedatangan Ozi dan Daru.

Ambar sampai berkali-kali melihat dandanannya lewat cermin. Ia memastikan bahwa dirinya terlihat cantik dan tidak mengecewakan. Meyakinkan diri bahwa Ozi akan terpikat dengan kecantikannya hari ini.

Pesan dari Daru yang mengabarkan bahwa dirinya dan Ozi sudah tiba di parkiran, langsung membuat Ambar tersenyum tak sabaran.

Ambar memasang senyum dan menatap ke arah tangga teras Mall, di mana Ambar prediksi Fauzi dan Daru akan lewat sana.

Begitu terlihat wajah Daru, Ambar langsung tersenyum dan melambaikan tangan. Namun seketika senyum di wajah Ambar memudar perlahan begitu dilihatnya Ozi yang berjalan di belakang Daru membawa serta Kiki dan juga seorang perempuan lain. Entah siapa Ambar tidak mau tahu.

Kekecewaan langsung menggerogoti Ambar yang dikira Daru akan datang dengan Ozi saja. Tapi kenapa malah bawa pasukan Kartu Keluarga begini. Tidak sesuai prediksi yang Aambar inginkan.

"Maaf ya, Mbar, lama ini nungguin Nanda datang tadi," kata Daru yang malah menyalahkan Nanda.

Perempuan di samping Kiki itu mengarahkan tatapan laser pada Daru, seolah dirinya penjahat yang menjadi penyebab pertemuan ini terlambat. Hanya karena bensin Nanda habis dan motornya ia tuntun dulu menuju penjual bensin. Tidak sampai satu jam juga ia terlambat. Hanya beberapa menit tapi dipermasalahkan oleh Daru.

"Iya nggak apa-apa," jawab Ambar memaksakan senyum menoleh pada Kiki dan Nanda yang ikut serta.

"Ya udah ayo mau ke mana dulu kita. Langsung main, jalan apa makan dulu? tanya Ozi pada Ambar yang menjadi perencana acara jalan Minggu hari ini.

"Jalan-jalan aja dulu deh gimana. Kalian mau ada yang dibeli nggak?" tanya Ambar bingung juga harus bagaimana mengubah rencana.

Padahal ia ingin langsung main di Timezone dan setelah lelah baru makan. Tapi kalau full satu keluarga begini mending jalan-jalan saja.

"Ya udah ayo!" Komandi Ozi langsung menggandeng tangan Kiki, meninggalkan Ambar yang hanya berdiam sejenak melihat kemesraan yang dipamerkan. Seolah-olah dirinya tidak ada dan tidak ada gunanya juga berdandan secantik apa pun.

Daru mengikuti di belakang Ozi dan juga Nanda serta Ambar pun berjalan lunglai mengikuti mereka berempat. Gagal sudah rencananya untuk mengambil hati Ozi.

***

Kiki terbahak dalam hati. Ia tak tahu bahwa Ambar sampai berdanda sedemikian rupa. Andai saja ia tidak mengiakan ajakan Ozi, sudah pasti perempuan itu semakin bergerilya mendekati Ozi. Bagaimanapun juga meskipun ini pernikahan bukan atas dasar cinta, tapi Kiki ingin mempertahankan rumah tangganya.

Ia tidak boleh minder dengan dirinya yang meskipun spek pas-pasan tapi ia yakin dirinya lebih istimewa, karena dihalalkan. Bukan digantung dengan harapan.

Makanya ia selalu menempel pada Ozi. Tak mau lepas dari laki-laki itu. Kiki juga girang karena Ozi tidak terlihat tergiur dengan godaan Ambar. Terlihat tidak ada obrolan intens antara mereka berdua, juga Ozi terlihat dingin pada Ambar saat menanggapi perempuan itu.

Mereka berlima tiba di Timezone, tujuan awal perjalanan ini. Ozi mengisi kartunya untuk ia gunakan main. Daru dan juga Ambar pun demikian. Rupanya mereka punya kartu masing-masing yang masih disimpan untuk main bersama sejak dulu.

"Mau main apa, Ki?" tanya Fauzi sambil mengedarkan pandang pada beberapa permainan yang sudah ramai. Karena hari Minggu, jadi banyak sekali pengunjung yang datang terutama anak-anak.

CMain apa ya, coba main bola itu deh," putus Kiki melihat permainan bola yang dijatuhkan ke angka berapa pun untuk mendapatkan tiket.

"Ya udah sana, nih pakai kartunya," kata Ozi menyerahkan kartu isi ulang pada Kiki.

Kiki berlari senang menuju permainan itu. Ia yang super irit untuk menjajakan uang demi bermain Timezone sekarang diberi gratis cuma-cuma oleh Ozi. Tentu saja akan dimanfaatkan Kiki dengan baik.

Nanda yang hendak mengikuti Kiki dicegah oleh Daru. "Mau ke mana?"

"Ikut Kiki main."

"Punya kartu nggak?"

"Nggak ada."

"Ya udah sini aku beliin yang baru," kata Daru yang membuat Nanda terkejut tapi ia pun mengiyakan. Bahkan mengikuti Daru ke loket untuk membeli kartu baru beserta isi ulang.

Tak sadar sudah meninggalkan Fauzi dan juga Ambar berduaan dengan suasana canggung.

Ambar pemberanikan diri bertanya, "Kok kamu ajak Kiki sama temennya? Aku kira kamu datang sendiri sama Daru mengenang kembali masa-masa kita bertiga main bareng."

Ozi sudah memprediksi bahwa Ambar pasti akan sedikit kesal karena ia membawa serta Kiki bersamanya, ditambah bonus satu teman Kiki pula.

"Iya Awalnya aku cuma minta izin aja sama Kiki. Tapi aku tawarin, kasihan dia setiap hari kan capek dan bosen di rumah. Makanya aku ajakin sekalian sama temennya juga."

Ambar menganggukkan kepala dengan senyum tipis. "Bukan karena kamu memang menghindari dekat sama aku lagi kan, makanya pakai alasan bahwa Kiki segala."

"Mbar, kamu kan udah aku kasih tahu kalau aku nggak bisa harus memadu Kiki. Kita pernah punya masa lalu indah dan aku udah selesai dengan perasaanku itu. Tolong kamu ngertiin aku sekarang udah punya istri. Aku harap kamu juga bakal dapat seseorang yang bisa bikin kamu bahagia kayak aku."

"Tapi aku nggak mau kalau bukan kamu. Aku nggak tahu definisi bahagia yang aku inginkan itu kayak apa. Cuma Kamu, Zi, bahagiaku cuma kamu."

Mengedarkan pandangan ke sekeliling. Untung saja mereka berada di tempat yang tidak dekat dengan salah satu mesin mainan karena pasti akan terdengar sekali obrolan mereka.

"Ambar, sepertinya ini bukan tempat dan waktu yang tepat untuk ngomongin hal ini. Mendingan kita nikmatin permainan ini aja ya. Ayo kamu pengen main apa aku temenin," aja Ozi agar Ambar mengalihkan perhatian. Ia bahkan menggandeng tangan Ambar menuju salah satu game favorit mereka berdua, yakni permainan basket.

Gigi yang sedang sibuk memilih permainan dan Nanda yang sibuk dengan rasa bahagianya bersama Daru perihal kartu main yang bisa digunakan sepuasnya serta boleh dihabiskan. Tiga manusia yang tidak menyadari hilangnya sepasang manusia karena sibuk masing-masing.

________

Minal Aidzin Wal Faizin ya semua. Maaf kalau banyak salah, baik sengaja maupun nggak sengaja.

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang