22. Bertemu

196 44 3
                                    

Kiki sedang menunaikan kewajibannya sebagai istri yang sholehah, rajin, dengan mencuci baju milik Ozi dan dirinya. Begitu bunyi suara mesin cuci berhenti bergetar dari kegiatan mengeringkan, lantas baju-baju itu dikeluarkan dan dipindahkan ke dalam timba. Hari juga masih subuh, tidak harus dijemur saat ini juga.

Subuh tapi tidak keramas membuat Kiki sibuk dengan urusan perdapuran. Sementara Ozi setelah salat subuh tadi, laki-laki itu kembali lelap menuntaskan mimpi yang belum usai.

Hari ini Ozi libur kerja, jelas aja kan hari ini Minggu. Rencananya Ozi akan menemani Kiki jalan-jalan. Mengingat barang jualannya masih belum datang sehingga jadwal ia live dengan Nanda pun ditunda dulu. Toh Nanda juga sedang ada di rumah saudaranya.

Makanya Kiki begitu rajin di pagi hari, agar kerjaannya lekas beres dan saat diajak jalan nanti semuanya sudah tidak ada benjolan.

Menunggu pagi terang benderang, Kiki menyiapkan sarapan berupa mie goreng dengan tambahan sawi, telur tapi bukan telur Ozi dan irisan cabe. Sarapan ala kadarnya saja karena siang sedikit mereka berdua berencana makan di luar sembari jalan.

Sibuk memasak, Kiki mendengar suara gedebum. Cepat-cepat Kiki mematikan kompor dan berlari menuju asal suara. Rupanya suara itu berasal dari kamarnya sendiri.

Begitu membuka pintu yang memang sudah setengah terbuka, Kiki menemukan laki-laki dengan sarung warna biru dan kaus dalam kumal itu tengah merintih kesakitan di lantai sambil memegangi pantatnya serta pinggang.

"Abang!" teriak Kiki kaget kemudian memunguti Ozi yang tercecer di lantai untuk dibantunya duduk di tepi ranjang.

"Aduh sakit, Ki," rintih pilu Ozi yang meringis dengan mata masih setengah terpejam, juga belek mata yang terlihat menyembul minta dicolok saja.

"Abang ngapain tidur di bawah? Udah enak kasur empuk kayak gini. Makanya jadi sakit gini kan badannya," omel Kiki yang tak tahu menahu.

"Aku jatuh, Kiki bukan sengaja tidur di bawah.'

"Oh yang jatuh tadi Abang, bukan sengaja menjatuhkan diri sendiri ya?"

"Ya enggaklah gimana sih. Mana ada orang waras yang menjatuhkan diri sendiri sampai kesakitan kayak gini," elak Ozi.

"Mana yang sakit?" tanya Kiki sembari melirik ke arah pantat bersarung yang sedang diusap oleh Ozi.

"Lagian sih Abang ngapain tidur enak-enak bisa jatuh. Kasur juga luas."

"Aku tadi mimpi dikejar T-rex. Tahu-tahu udah jatuh aja di bawah."

Kiki hanya geleng-geleng kepala. "Nggak sekalian dikejar belut listrik biar Abang disengat terus kaku kayak kanebo kering?"

"Jangan bercanda, Ki, ini sakit beneran."

Kiki lantas ikut menggosok setengah mengurut pantat Ozi juga pinggang. Lalu dibantunya tiduran tengkurap.

Kiki mengambil salep pereda nyeri. Menggosokkan ke pantat dan pinggang Ozi yang lebih dahulu sudah ia lucuti sarungnya. Menyisakan celana dalam yang baru dipakai Ozy tadi saat salat subuh.

Setelah lumayan reda, Kiki kembali melanjutkan memasak agar sarapan segera siap.

Begitu Kiki menyiapkan makanan di meja, Ozi terlihat tertatih memegangi tembok, merayap layaknya tokek menuju kamar mandi.

"Loh, Bang, ngapain cosplay jadi tokek segala," sambut Kiki melihat suaminya.

"Cosplay gimana sih, orang lagi sakit kayak gini. Nyeri, Ki jadi buat jalan cenut-cenut."

Kiki mendekat ke arah Ozi. mengambil satu lengan milik laki-laki itu untuk ia kalungkan di pundak. Membantu Ozi berjalan menuju kamar mandi.

"Perlu dibantuin di dalam juga nggak, Bang?" tawar Kiki di depan pintu kamar mandi.

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang