Cemas.
Satu kata yang mendeskripsikan perasaan Tyas saat ini setelah dia mendapat kabar dari Bebby kalau Rajendra bertengkar dengan Sean di kantin. Tyas tidak tahu apa akar masalahnya, tetapi apapun itu Tyas tidak ingin Rajendra kena masalah seperti bulan lalu yang berakhir membuatnya di skors sampai satu minggu.
Tyas menderapkan kakinya tergesa-gesa di sepanjang koridor yang tidak begitu ramai. Tyas tidak sendirian, dia bersama Bebby dan Yuna yang tidak kalah panik. Sesampainya di kantin, mata Tyas mengedar ke sekeliling yang sudah dipadati oleh murid-murid. Samar-samar Tyas mendengar beberapa murid menyerukan nama Rajendra dan Sean bergantian.
Tyas mengusap pelipisnya yang berkeringat. Dibaris belakang dan terhalang oleh punggung-punggung murid lain, Tyas bisa melihat Rajendra dan Sean yang tengah beradu bogeman dengan sengit.
Penampilan Rajendra dan Sean sudah berantakan, tidak karuan. Wajah mereka babak belur dan ada darah segar yang mengalir dari bibir serta pelipis. Sungguh perkelahian mereka kali ini tidak main-main sampai orang-orang yang bekerja di kantin pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Tidak! Tyas tidak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut atau Rajendra benar-benar akan dalam masalah.
Tyas menerobos kerumunan, menulikan pendengarannya kala Bebby dan Yuna meneriakinya. Tidak peduli pada apapun risikonya sebab bagi Tyas, dia harus menghentikan Rajendra.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Tyas sempat terpaku ditempat kala Sean menghajar Rajendra secara brutal. Napasnya tercekat melihat wajah Rajendra yang dipenuhi darah dan luka. Namun keadaan dengan cepat berbalik ketika Rajendra berhasil memukul kepala Sean dengan kaki panjangnya.
Badan Sean yang sempoyongan di hajar balik oleh Rajendra tanpa ampun sampai cowok itu tersungkur dan batuk-batuk.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Rajendra mencengkeram kuat krah seragam Sean yang kotor karena bercak darah, lantas mengepalkan tangan dan meninju rahang keras Sean sampai meninggalkan luka baru.
Rajendra kalap.
Tyas menghampiri Rajendra dengan tergopoh-gopoh, menahan lengan kekar Rajendra yang hendak memukul Sean lagi.
“Rajendra, udah!” teriak Tyas dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Napas Rajendra memburu, matanya masih menatap nyalang Sean yang sekarang justru tertawa mengejeknya. Kepalan tangan Rajendra berhenti di udara dengan urat-urat yang kelihatan menonjol.
“Gue mohon udah, Jen. Jangan kayak gini, lo bisa dapat masalah.”
Perlahan kepalan tangan Rajendra melonggar bersamaan dengan tangan kecil milik Tyas yang menarik tubuhnya menjauh dari Sean.
“Udah, ya.”
Kini mata tajam yang dingin itu berubah menjadi sendu dan hangat saat manik matanya beradu dengan manik mata jernih milik Tyas.
Tubuh Rajendra seketika limbung dan hampir jatuh di lantai jika saja tidak ditahan oleh Tyas. Tyas melingkarkan salah satu lengan Rajendra di lehernya, menuntun cowok itu berjalan meninggalkan kantin. Sedangkan satu tangan Rajendra yang bebas meremas perutnya yang terasa nyeri, sesekali dia terbatuk-batuk.
Sebelum benar-benar meninggalkan kantin, Tyas sempat samar-samar mendengar suara kecewa para murid karena perkelahian diantara Rajendra dan Sean berakhir. Hah! Lagipula Tyas tidak rela pacarnya jadi bahan tontonan orang banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...