Jam 8 malam.
Joni merapatkan topi hitam yang dia kenakan setelah itu memasang earphone di telinga kanannya, dimana earphone tersebut secara otomatis tersambung dengan earphone milik kelima agentnya agar mereka bisa berkomunikasi. Selesai bersiap, Joni keluar dari kamar dan menemukan kelima agentnya sudah dalam posisi siap. Rajendra dan yang lain mengenakan pakaian serba hitam, topi, dan masker agar identitas mereka terjaga.
“Jadi gimana kalian udah siap untuk melaksanakan misi malam ini?” tanya Joni sambil berkacak pinggang.
Raihan tersenyum remeh. “Itu adalah pertanyaan yang nggak perlu jawaban, Ndan.”
“Kita berangkat sekarang,” titah Joni memimpin didepan.
Mobil hitam yang dikendarai Joni melaju dengan kecepatan diatas rata-rata dan meninggalkan kawasan apartemen. Perjalanan kali ini cukup berbeda karena suasana mobil sangat hening. Raihan, Haikal, dan Jenan yang biasanya membuat keributan tampak lebih tenang dan memasang wajah serius. Sedangkan Rajendra dan Tyas yang sebelum-sebelumnya memperlihatkan dinding kecanggungan, kali ini mencoba merobohkan dinding tersebut demi kesuksesan misi mereka. Terbukti Rajendra dan Tyas banyak mengobrol mengenai rencana mereka.
Ada rasa bangga yang menelusup ke dalam hati Joni saat melihat bocah-bocah ini. Joni jadi sedikit memutar memori masa lalu dimana dia pertamakali bertemu dengan mereka. Raihan dan Haikal, bocah kemarin sore yang Joni temukan di bekas markas Badrun, dimana Raihan sedang menemani Haikal buang air besar. Lalu Tyas, cewek barbar yang melempar Joni dengan sepatunya di hari pertama mereka bertemu. Joni pikir dia tidak akan terlibat apapun dengan Tyas, namun takdir berkata lain setelah Tyas tertangkap akibat balapan liar hingga membuatnya terus menempel pada Joni. Terakhir ada Rajendra dan Jenan yang secara kebetulan berada di markas Badrun saat Joni melakukan penggerebekan.
Semua rentetan kejadian yang Joni alami membuatnya sadar kalau ini bukanlah sebuah kebetulan semata, melainkan takdir dan kehendak Tuhan.
“Kita akan jalankan rencana sesuai yang kita sepakati kemarin,” ujar Joni menatap mereka satu per satu.
Mereka mengangguk bersamaan.
Joni melirik ke sekitar jalanan yang sepi lalu dia keluar diikuti Rajendra, Jenan, dan Tyas. Sementara Raihan dan Haikal menunggu di mobil untuk mengawasi area sekitar villa.
Dengan mengendap-endap Joni bersama tiga agentnya masuk lewat pintu belakang. Beruntung para penjaga itu hanya menjaga area depan villa saja. Sehingga pintu belakang menjadi jalur VIP bagi Joni dan agentnya untuk masuk.
“Kita berpencar,” perintah Joni.
Pada akhirnya Joni pergi ke lantai dua, Rajendra dan Jenan memeriksa ke halaman depan, dan Tyas menyisir area ruang tengah.
Dengan hati-hati Joni menaiki anak tangga menuju lantai dua. Joni berusaha untuk tetap awas dengan sekitarnya karena dia yakin ada banyak mata yang mengawasinya. Sejak awal masuk ke villa ini Joni sudah merasakan banyak kejanggalan. Pertama, villa ini terlalu sepi untuk dijadikan sebuah markas. Kedua, villa ini hanya dijaga oleh sedikit penjaga yang difokuskan pada area depan. Ketiga, Joni merasa dia diberi akses untuk masuk atau memang ini adalah sebuah perangkap dimana Joni diharuskan masuk kesana.
Joni memusatkan perhatiannya pada sebuah ruangan, dia pun memutuskan untuk masuk. Alih-alih menemukan petunjuk mengenai keberadaan Badrun, Joni hanya menemukan ruang kerja biasa dan kosong.
PRANG!
Hingga terdengar suara pecahan kaca dimana ada seseorang yang melempar batu menyebabkan jendela pada ruangan itu pecah. Joni memungut batu tersebut yang ternyata terdapat sebuah pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...