Ruangan bersuhu dingin nyatanya tidak mampu memadamkan amarah dalam diri Tyas yang sekarang sedang di sidang di ruang kedisiplinan bersama yang lainnya, termasuk Haikal dan Raihan yang ikut terseret ke dalam masalah ini padahal faktanya mereka hanya korban.
Tyas dan Laura saling melempar tatapan kematian yang seakan-akan mereka bertarung dengan telepati. Bukan hanya mereka melainkan Yuna dan Bebby juga terlibat sinis-sinisan dengan Salma dan Luna. Suasana ruang kedisiplinan mendadak mencekam karena mereka.
Haikal dan Raihan melirik ke kanan dan kiri dimana mereka berdiri diantara Tyas dkk dan Laura dkk. Sungguh Haikal dan Raihan rasanya mau jadi umbi-umbian saja.
Sementara itu Pak Aming selaku guru kedisiplinan tampak memijat pangkal hidungnya dengan dahi berkerut tajam. Bukan satu dua kali Pak Aming menghadapi mereka yang selalu saja membuat masalah padahal Pak Aming sampai membuat surat pemanggilan untuk orang tua, tetapi mereka tetap tidak jera dan terus membuat masalah di sekolah.
“Kalian lagi!” teriak Pak Aming sambil menggebrak meja membuat mereka terkejut bersamaan.
“Mau sampai kapan kalian bersikap seperti anak kecil? Kalian ini sudah SMA dan bukan anak SD lagi. Tolonglah lebih dewasa sedikit dalam menyikapi masalah, jangan apa-apa diselesaikan dengan berantem. Harusnya kalian malu sama adik kelas kalian,” ujar Pak Aming dengan nada frustasi.
Mereka hanya diam.
Lalu atensi Pak Aming teralih pada Haikal dan Raihan yang wajahnya tidak familiar baginya. Selain itu Haikal dan Raihan tidak mengenakan seragam.
“Kalian kenapa nggak pakai seragam sekolah dan kalian berasal dari kelas mana?”
Ditodong dengan pertanyaan seperti itu membuat Haikal dan Raihan pontang-panting panik.
Haikal berdeham guna membasahi tenggorokannya yang kering. “Sebenernya kami bukan murid dari sekolah ini, Pak. Kami cuma mengantarkan—”
Haikal menggantungkan kalimatnya lalu melirik Raihan untuk membantunya bicara.
“Mengantarkan kakak kami maksudnya, Pak.” Raihan menambahkan dengan senyum yang dipaksa.
“Bener, kami cuma mengantarkan kakak kami yang lagi ada perlu sama salah satu guru disini,” ujar Haikal lagi sambil nyengir kikuk.
Pak Aming menatap Haikal dan Raihan dengan tajam, matanya bergerak dari bawah ke atas untuk mengamati penampilan Haikal dan Raihan. Lantas Pak Aming menghela napas sambil bersedekap tangan.
“Terus kenapa kalian ikut babak belur?”
“Itu karena kita berusaha melerai, Pak. Tapi kita malah jadi—”
“Alasan! Kalian tetap salah. Pokoknya saya nggak mau tahu sekarang berdiri didepan tiang bendera selama 10 menit. Kalau sampai ada yang membantah, saya pastikan kalian akan dapat hukuman dua kali lipat lebih berat.”
Enam murid perempuan itu tidak membantah atau melayangkan protesan, kemudian berjalan gontai keluar dari ruang kedisiplinan menuju lapangan utama yang biasanya digunakan untuk upacara. Sementara itu Haikal dan Raihan masih berada di ruang kedisiplinan, mereka bingung.
“Kita juga ikut dihukum, Pak?” tanya Haikal sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya! Cepat laksanakan hukumannya,” perintah Pak Aming membuat Haikal dan Raihan buru-buru pergi dari ruang kedisiplinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...