police and agent | 32 |

280 30 5
                                    

Rasanya baru kemarin Tyas mendapatkan kebahagiaan dan kehangatan yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya. Namun hari ini Tyas kehilangan semuanya hanya dalam semalam. Semua terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Setiap detik Tyas selalu berharap dia bisa terbangun. Akan tetapi ketika kedua kakinya berpijak di tanah pemakaman, semua harapan itu hancur tanpa sisa.

Air mata Tyas jatuh tepat saat Joni, Rajendra, dan Haikal dimasukkan ke liang lahat yang kemudian ditutup dengan tanah. Tyas mengigit bibir, tenggorokannya tersekat, dan dadanya dihantam rasa sesak. Tak tahan, Tyas menundukkan wajah dan terisak pelan. Suara tangisan Kinan yang berdiri tak jauh darinya membuat hati Tyas kian tercabik-cabik.

Hari itu Tyas sadar akan satu hal,

Joni, Rajendra, dan Haikal tidak akan pernah kembali.

Lebih dari itu yang membuat Tyas merasakan kepedihan berkali-kali lipat adalah Tyas baru mengetahui fakta bahwa Joni adalah kakak kandungnya tepat setelah Tyas bertemu dengan Dirga, Ayah kandungnya. Dirga menceritakan masa lalunya bersama Tamara dan alasan mengapa pernikahan mereka berakhir. 

Perasaan Tyas campur aduk antara sedih, marah, dan kecewa. Tyas menyalahkan takdir. Tyas marah pada Tuhan karena merenggut kebahagiaannya secepat ini.

Lukas dan Kinan meletakkan setangkai mawar putih di makam Joni, Rajendra, dan Haikal.

“Selamat beristirahat dalam keabadian, Komandan, Rajendra, dan Haikal.” Suara Idoy tertahan. “Kalian hebat. Untuk tugas selanjutnya serahkan pada kami.”

Idoy melakukan hormat diikuti Lukas dan Kinan.

“Laporan selesai,” ucap Idoy dan air matanya lolos tanpa persetujuannya.

Tangisan Lukas dan Kinan kembali pecah.

Langit berubah gelap. Gerimis turun yang perlahan menjelma menjadi hujan. Air mata Tyas bercampur dengan tetesan air hujan. Satu per satu pelayat meninggalkan pemakaman, tetapi Tyas bergeming di tempatnya dan membiarkan dirinya basah kuyup.

“Tyas.” Tyas tidak menoleh saat Dirga memanggilnya. Tatapannya tidak lepas dari ketiga makam yang ada dihadapannya.

Dirga menghela napas. “Ayah tunggu kamu di mobil, ya.”

Pemakaman kembali sepi.

Tyas terduduk lemas. Tangannya memukul-mukul dada yang terasa sesak—rasa sesak yang mungkin tidak akan ada ujungnya sampai kapan pun. Tyas menangis tersedu-sedu. Suara tangisannya sahut-menyahut dengan suara hujan yang mengguyur sore itu.

“Kenapa, Tuhan? Kenapa Tuhan ambil semua kebahagiaanku?”

Tyas menunduk, meremas dadanya. Sesak. Sakit.

“Aku baru merasakan bahagia, Tuhan.”

Hujan turun semakin deras seakan ikut merasakan pahitnya kehilangan.

“Aku belum ikhlas, Tuhan.”

Tyas terus menangis. Tanpa ada siapa pun yang merengkuh rasa rapuhnya.

Tyas benar-benar sendirian.

🍂

Tyas menatap sinis Tamara yang datang ke rumah duka. Air mata Tamara tidak mampu meruntuhkan api kemarahan yang berkobar didalam diri Tyas. Melihat wajah Tamara sangat memuakkan bagi Tyas apalagi mengingat perlakuan Tamara padanya selama ini dan rahasia yang Tamara sembunyikan darinya selama bertahun-tahun.

“Mau ngapain Mamah datang ke sini?” tanya Tyas dengan nada bicara yang dingin.

Tamara bersimpuh di hadapan Tyas, menangis. “Maafin Mamah Tyas. Mamah ngaku salah. Mamah emang bukan Ibu yang baik buat kamu dan Joni. Mamah—”

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang