- Prolog -

2K 147 1
                                    

Dua tahun lalu...

“Rajendra, kamu lari sekarang.”

“Enggak! Rajendra nggak mau ninggalin Bang Jamal.”

Jamal memegang kedua bahu Rajendra kuat-kuat. “Abang janji bakal susul kamu. Sekarang kamu harus menyelamatkan diri kamu sendiri. Abang akan baik-baik aja.”

BRAK!

Terlambat. Pintu kamar berhasil didobrak oleh tiga pria berbadan kekar dengan tatto di wajah dan lengan mereka. Jamal pasang badan untuk Rajendra. Jamal menyembunyikan Rajendra dibelakang badannya. Sedangkan Rajendra menangis ketakutan.

“Lama nggak ketemu, Komandan.” Sosok pria dengan perawakan tinggi semampai dengan bekas luka di area matanya, masuk ke kamar membuat Jamal semakin waspada.

Badrun.

Jelas Jamal mengenal pria bernama Badrun itu yang merupakan musuhnya.

“Mau lo apa, hah?!” bentak Jamal.

Badrun tertawa. “Mau gue? Gue mau lo mati. Lo udah main-main sama gue bahkan lo udah menjebloskan gue ke dalam penjara dan sekarang waktunya gue balas semua perbuatan lo.”

Badrun memainkan pistol di tangannya lalu pandangannya jatuh pada Rajendra. “Wah, gue baru tahu lo punya adik laki-laki. Apa dia besok bakal jadi polisi juga kayak lo? Kalau iya, mungkin sekalian aja gue habisi dia.”

“Jangan macem-macem sama dia.”

“Jamal, Jamal. Lo nggak mau hidup dan keluarga lo di usik. Tapi lo dengan berani mengusik hidup dan bisnis gelap gue.”

Badrun memerintahkan antek-anteknya untuk mengambil Rajendra. Rajendra memberang saat ingin dipisahkan dengan Jamal.

BUGH!

BUGH!

Jamal tidak berkutik setelah dipukul dengan balok kayu. “Uhuk! Uhuk!”

“Bang Jamal!” teriak Rajendra dalam isakannya.

Bagian pedihnya, Rajendra harus menyaksikan Jamal yang di hajar habis-habisan oleh antek-anteknya Badrun.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Jamal meringkuk melindungi kepalanya dari benda-benda keras yang dihantamkan ke sekujur badannya hingga meninggalkan bekas merah. Darah segar mengalir dari kepala Jamal setelah dihantam dengan balok kayu.

“Udah! Jangan pukuli Bang Jamal lagi.”

Tapi teriakan Rajendra hanya dianggap angin lalu. Jamal terus dipukuli sampai tubuhnya tidak berdaya. Kondisinya sudah sangat menyedihkan.

Rajendra yang tidak tahan akhirnya memberontak dalam cengkeraman pria berbadan gemuk itu.

“Elah! Ini bocah mirip uget-uget nggak bisa diam.”

Badrun yang menyaksikan hal tersebut langsung turun tangan. Badrun mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya dan menghampiri Rajendra.

“Lo bisa diam nggak?!” bentak Badrun tapi tidak membuat Rajendra gentar.

Rajendra menantang tatapan tajam Badrun. “Lo bajingan!”

SRET!

Badrun murka. Dia mengayunkan tangan kanannya yang memegang pisau. Rajendra refleks menghindar tapi ujung pisau itu berhasil mengenai permukaan kulitnya.

Rajendra memegang perutnya dan perlahan darah merembes keluar dari kaos putih yang dia kenakan. Jamal yang melihat Rajendra terluka langsung tersulut emosi. Dengan sisa tenaganya, Jamal berdiri dan menerjang tubuh Badrun.

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang