“Tyas?”
Suara bariton milik seseorang yang sangat Tyas kenal membuatnya semakin gencar memukul pintu.
“Iya, ini gue Tyas. Sean itu lo?”
“Iya, Yas. Lo mundur, gue akan berusaha dobrak pintu ini.”
Tidak lama setelah itu terdengar suara dobrakan pintu dari luar yang dilakukan oleh Sean. Pada dobrakan ketiga pintu kayu itu berhasil rusak dan terbuka.
Jauh didalam pikirannya Tyas bertanya-tanya mengapa Sean bisa tiba-tiba ada disini dan menolongnya. Lebih dari itu yang lebih membingungkan lagi adalah Sean tidak datang seorang diri melainkan bersama Ajun dan Icung.
“Kak Tyas.” Ajun bersuara pelan.
Tyas menatap Ajun dan Icung dengan mata berkaca-kaca. Tyas tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Ajun dan Icung yang Tyas pikir sudah meninggal karena insiden kebakaran ternyata masih hidup dan berdiri dihadapannya dalam keadaan sehat.
“Ajun, Icung.”
Tyas merendahkan badannya mensejajari tinggi badan Ajun dan Icung sambil merentangkan kedua tangannya. Icung menjadi orang pertama yang memeluk Tyas yang kemudian diikuti oleh Ajun.
Mereka menangis penuh haru.
“Icung kangen banget sama Kak Tyas,” ujarnya sambil menangis sesenggukkan.
Tyas mencium puncak kepala Ajun dan Icung. Ada rasa bahagia yang tidak bisa diungkapkan. “Kakak juga kangen sama kalian. Kakak seneng karena kalian baik-baik aja.”
Sean tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Tetapi Sean tidak bisa membiarkan momen bahagia ini berlarut-larut karena bagaimana pun situasi ditempat ini tidak aman.
“Yas, kita harus segera pergi dari sini,” ujar Sean seraya memapah Mahendra yang terluka.
Tyas menyeka air matanya dan mengangguk. “Lo bener. Kita harus mengamankan Bang Mahen dulu.”
Namun seperti masuk ke kandang singa dimana tidak akan mudah mencari jalan keluar, saat Tyas dan yang lain hendak pergi mereka dihadang oleh Laura yang tiba-tiba muncul sambil membawa sebuah pistol. Melihat hal itu membuat Tyas melindungi Ajun dan Icung dibelakang badannya.
“Laura!” desis Sean, matanya menatap tajam Laura yang menampil senyum licik.
Laura memainkan pistol di tangannya yang bisa kapan saja dia tarik pelatuknya. “Sean, gue nggak nyangka lo akan bertindak sejauh ini. Bukannya gue pernah bilang sama lo bukan jangan ikut campur urusan gue.”
“Laura, gue peringatkan sama lo buat berhenti melakukan kegilaan ini. Nggak ada gunanya lo melakukan semua ini, Ra. Cinta lo sama Rajendra itu udah berubah jadi obsesi.”
Mendengar ceramah dari Sean membuat tawa Laura pecah seketika.
“Apa bedanya sama lo? Lo itu munafik, Sean. Lo itu pendosa yang akan berakhir di neraka,” ucap Laura pada Sean.
Tyas menyahut sengit. “Jaga omongan lo, Laura.”
Bagi Laura situasi ini semakin menarik. Melihat bagaimana Tyas berada dipihak membuat Laura tertawa geli apalagi saat mengingat kebejatan yang pernah Sean lakukan pada Tyas.
“Lo mau tahu rahasia terbesar seorang Sean Aditama Januar? Ya, dia orangnya, Yas. Dia orang yang udah membuat masa lalu lo kelam. Dia orang yang udah melecehkan lo dulu.”
Sean kehilangan kata-kata untuk sesaat. Sean tidak menyangka Laura akan membongkarnya sekarang. Tidak! Bukannya Sean ingin bungkam dan bertingkah tidak pernah terjadi apapun, hanya saja ini bukan waktu yang tepat. Sean berencana mengakuinya di waktu yang tepat setelah menyelesaikan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...