Waktu-waktu sibuk masih setia menemani keseharian Joni seperti hari ini contohnya dimana Joni pergi ke rumah sakit bersama Lukas untuk mencari informasi mengenai hilangnya Mahendra. Awalnya Lukas bersikukuh bahwa dia bisa mengatasi semua ini sendiri dan meminta Joni untuk memperhatikan kesehatannya, apalagi Joni baru saja keluar dari rumah sakit kemarin. Namun seperti yang kita tahu bahwa Joni adalah seseorang yang keras kepala. Disaat Lukas bersikukuh maka Joni bisa lebih bersikukuh atas keinginannya. Alhasil, Lukas membiarkan Joni ikut bersamanya.
Joni dan Lukas melangkah menuju ruang keamanan dan tujuan mereka kesana adalah ingin melihat kamera CCTV yang terpasang didekat kamar inap Mahendra. Namun belum sempat mereka sampai disana, Joni menghentikan langkahnya dan secara tiba-tiba kepalanya diserang rasa nyeri yang tak tertahankan diikuti rasa sakit di dada kirinya. Joni menggelengkan kepalanya mencoba mengumpulkan fokus, tapi semakin dipaksa maka rasanya semakin menyiksa.
“Kenapa, Ndan?”
Joni menegakkan badannya, dia berusaha keras menutupi rasa sakit itu. “Saya nggak apa-apa, Kas. Jangan mengulur waktu.”
Lukas masih termenung ditempat dengan kedua mata yang menatap punggung tegap Joni yang berjalan didepannya. Lukas tidak sebodoh itu untuk bisa dibohongi oleh Joni.
“Cukup, Ndan.”
Mendengar suara Lukas membuat langkah Joni terhenti. Joni berbalik badan hanya untuk mendapati wajah suram Lukas.
“Udah cukup semua sandiwaranya. Komandan pikir saya ini bocah kemarin sore yang bisa dibohongi. Saya nggak suka Komandan menyimpan semua rasa sakitnya seorang diri.”
Joni terkejut mendengar penuturan Lukas yang sangat diluar dugaan.
Lukas mengepalkan tangannya kuat-kuat dan air matanya perlahan pecah. “Saya emang nggak sepintar Idoy atau sekuat Atuy, Ndan. Tapi saya juga mau diandalkan oleh Komandan. Buat apa saya ada kalau ujung-ujungnya Komandan harus turun tangan bahkan dikondisi yang nggak sehat. Ini semua membuat saya merasa nggak berguna.”
“Sekali aja, Ndan. Sekali aja buat saya merasa berguna ada di tim ini.”
“Sekali aja tolong andalkan saya, Ndan.”
Lukas menangis.
Joni merasa tertampar dengan penuturan Lukas barusan. Lukas benar, Joni tidak pernah memberi Lukas sebuah kepercayaan. Tak bisa dipungkiri kalau selama ini Idoy lebih banyak meminta bantuan pada Idoy dan Atuy. Joni tidak pernah bermaksud menganaktirikan Lukas, tetapi itulah yang dia lakukan tanpa sadar.
“Saya emang payah, Kas. Saya payah sebagai seorang pemimpin dan gagal sebagai seorang teman.”
“Komandan Joni...”
Joni mendudukkan dirinya dengan lemas. Lalu memori kelam di masa lalu kembali melintas dalam ingatannya.
“Jujur saya takut, Kas. Selain kematian Jamal, saya juga selalu teringat bagaimana kebodohan saya dulu hampir membuat kamu meninggal.”
Lukas terdiam. Lukas tidak mungkin lupa kejadian tragis yang pernah menimpanya karena sebuah perintah yang diberikan Joni. Sebagai seorang polisi, Lukas tentu tahu apa konsekuensi terburuk yang harus dia terima dan salah satunya adalah mati. Lukas bahkan sudah siap jika saat itu dia harus mati. Namun Lukas tidak akan pernah tahu seberat apa beban yang Joni tanggung sebagai seorang pemimpin apalagi mengirim anggotanya dalam misi yang berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...