Apa pernah kalian merasa tidak dianggap?
Ya, itulah yang Tyas rasakan sekarang. Sudah banyak pesan yang Tyas kirimkan pada Rajendra sejak tadi pagi dan dia pun sudah berusaha menelepon Rajendra. Tapi tidak membuahkan hasil apa-apa. Semua pesannya hanya diabaikan tanpa balasan dan panggilan telepon darinya tidak diangkat.
“Anjing!” umpat Tyas sambil membanting ponselnya.
Tyas tidak mengerti mengapa Rajendra mendadak bersikap seperti ini. Semuanya berjalan seperti biasanya dan kemarin-kemarin pun hubungannya dengan Rajendra baik-baik saja bahkan sebelum semua kerumitan ini terjadi, mereka masih menyempatkan waktu untuk bermain di pantai. Lalu apa alasan yang mendasari Rajendra bersikap seperti ini?
Terkadang Tyas merasa dia tidak benar-benar mengenal sosok pacarnya itu.
Frustasi. Tyas pun menyambar jaket kulitnya yang berwarna hitam lalu bergegas pergi karena dia harus segera tiba di tempat balapan. Tyas betulan memenuhi ajakan Laura untuk balapan malam ini.
Ditengah kegundahan hati yang tak kunjung mereda, Tyas malah disuguhkan dengan hal-hal menyebalkan lainnya. Tyas tanpa sengaja berpapasan dengan Tamara yang baru saja pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor.
Tamara adalah sosok Ibu yang tidak pernah menjalankan perannya dengan baik, begitulah yang Tyas simpulkan dari perlakuan Tamara terhadapnya. Meskipun status Tamara dan Tyas adalah ibu dan anak tetapi mereka tidak pernah akur. Selalu bertengkar setiap kali bertemu dan hal tersebutlah yang membuat Tyas terkadang malas berada di rumah.
“Mau kemana kamu?” Tamara bertanya dengan nada tidak bersahabat.
Langkah Tyas yang semula hampir menyentuh ambang pintu mendadak berhenti. Tyas menoleh hanya untuk mendapati Tamara menatapnya dengan dingin.
“Bukan urusan Mamah,” balas Tyas dengan nada ketus.
“Mau jadi apa kamu, hah? Kamu ini perempuan, Tyas. Nggak baik perempuan malam-malam begini masih kelayapan. Lebih kamu belajar buat ujian akhir semester dan berhenti melakukan hal-hal yang nggak penting.”
Tyas tersenyum miring. “Mau jadi apapun itu aku ke depannya, aku nggak mau jadi perempuan seperti Mamah.”
“Jaga bicara kamu, Tyas. Mamah ini orang tua kamu. Dimana sopan santun kamu, hah?!”
“Orang tua?” Tyas tertawa keras yang terdengar seperti ejekan bagi Tamara. “Lucu banget, ya. Mamah selalu memaksa aku buat jadi anak yang baik dan berbakti, tapi Mamah mikir nggak sih apa Mamah udah jadi orang tua yang baik buat aku? Mamah mikir sampai sana nggak?!”
Suasana semakin menegang tatkala Tyas meninggikan suaranya diakhir kalimatnya.
Tamara terdiam dengan ucapan anaknya dan hal tersebut membuat Tyas tersenyum miris.
“Harusnya Mamah tahu kenapa aku jadi kayak gini,” ujar Tyas lalu melangkah pergi meninggalkan Tamara yang masih termenung.
Dibawah langit yang gelap, Tyas melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata. Perdebatannya dengan Tamara selalu berhasil memporak-porandakan perasaannya. Jika biasanya selalu ada Rajendra yang akan menjadi obat kala Tyas merasa dunianya sedang tidak baik-baik saja, maka hari ini Tyas benar-benar merasa sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanficKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...