police and agent | 12 |

369 58 3
                                    

Suara gemercik air shower yang menyala terdengar menggema di ruangan berudara lembab itu. Rajendra membiarkan sekujur tubuhnya basah. Bersamaan dengan tetesan demi tetesan air yang mengguyur badannya, air mata Rajendra ikut jatuh. Tidak bisa dipungkiri kalau hati Rajendra ikut sakit saat dia membentak Tyas. Walaupun Rajendra tahu bahwa Tyas berkali-kali lipat lebih sakit atas ucapan yang dia lontarkan.

Rajendra memukul-mukul dinding hingga meninggalkan luka di punggung tangannya. Seakan tidak peduli, Rajendra melampiaskan segala perasaan yang dia rasakan dengan terus menghantamkan kepalan tangannya di dinding.

Hingga darah menetes membuat warna air yang tadinya jernih menjadi agak keruh. Rajendra berhenti sejenak, satu tangannya bergerak meraba hidungnya dan dia kembali mimisan.

“Lo nggak berguna!”

“Tyas nggak pantas sama lo!”

“Lo orang penyakitan yang nggak berguna!”

Rajendra meruntuki dirinya sendiri. Rajendra menangis dan membiarkan darah terus mengalir dari hidungnya.

Sejak awal Rajendra sudah menduga bahwa apa yang terjadi pada dirinya tidak wajar. Rajendra kerap merasakan pusing yang teramat menyiksa dan mimisan berkepanjangan. Sampai Rajendra memeriksakan kondisinya di rumah sakit dan disana dia mendapati fakta pahit mengenai dirinya.

“Leukimia stadium 3.”

Itu yang dokter katakan pada Rajendra setelah hasil laboratorium keluar. Jelas Rajendra terpukul dengan vonis penyakitnya. Hingga tanpa diduga-duga Rajendra justru bertemu dengan Tyas di rumah sakit. Disitu Rajendra bertarung dengan hati dan pikirannya. Hatinya mengatakan bahwa Rajendra sangat mencintai Tyas dan ingin terus bersama. Tapi logikanya menyangkal dan mendikte Rajendra bahwa Tyas tidak akan bahagia bersamanya, Rajendra hanya akan jadi beban.

Maka demi membuat Tyas benci padanya, Rajendra mengatakan kata-kata menyakitkan itu. Rajendra ingin Tyas menjauh dari kehidupannya. Rajendra tidak bisa menjauh dari Tyas maka dia membuat Tyas yang menjauh darinya.

Sungguh Rajendra benci dirinya yang lemah seperti ini.

Tapi Rajendra tidak bisa melakukan apa-apa.

Tyas harus bahagia bersama orang lain yang memiliki umur panjang.

“Maafin gue, Yas.”

Rajendra bergumam penuh penyesalan hingga kedua matanya tertutup sempurna.

🍂

Malam belum usai.

Dibawah derasnya hujan yang mengguyur ibu kota sejak satu jam lalu, Tyas berjalan seorang diri dengan tatapan sendu. Kedua matanya bengkak dan merah karena sejak pertemuannya dengan Rajendra tadi sore, dia tidak berhenti menangis. Sekarang pun masih demikian hingga air matanya seakan menyatu dengan air hujan.

Tyas pikir Rajendra adalah pelabuhan terakhirnya.

Tyas pikir Rajendra tidak akan pernah meninggalkannya.

Tyas pikir Rajendra mencintai dirinya.

Tapi apa mau dikata kalau realita yang terjadi sebaliknya. Semua rasa cinta dan perhatian yang diberikan Rajendra selama ini hanyalah omong kosong belaka. Rajendra menganggap Tyas sebagai beban dalam hidupnya.

“Kalau gue pengecut terus lo apa? Cewek lemah yang nggak bisa melindungi dirinya sendiri? Cewek yang selalu ingin dilindungi dan bikin repot?”

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang