Didalam ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat-obatan yang menyengat, Rajendra terbaring dengan selang infus yang masih menempel di punggung tangannya. Matanya menatap ke langit-langit sambil sesekali terpejam tatkala rasa nyeri akibat luka tembak di perutnya kembali terasa, apalagi saat dilakukan perawatan luka seperti sekarang ini.
Perawat perempuan itu dengan telaten membersihkan luka di perut Rajendra, sesekali perawat itu mengajak Rajendra mengobrol untuk mendistraksi rasa sakitnya walau hanya dijawab sekadarnya oleh Rajendra. Kemudian perawat itu kembali menutup luka di perut Rajendra menggunakan perban.
“Sudah selesai, ya.”
“Makasih. Oh ya, saya boleh minta tolong buat dipanggilkan Bang Lukas yang ada didepan?”
“Boleh. Kalau begitu saya permisi ya, semoga lekas sembuh.”
Perawat itu pun pergi meninggalkan ruangan dan tidak lupa membawa peralatan medisnya. Tidak lama setelahnya Lukas muncul dari balik pintu. Melihat Lukas datang, Rajendra mencoba mengubah posisinya menjadi duduk.
“Kenapa, Jen? Kamu butuh sesuatu?” tanya Lukas yang segera menodongkan pertanyaan.
“Bang, saya mau ketemu sama Bang Joni. Bang Lukas bisa anter saya ke ruang rawatnya Bang Joni?” pinta Rajendra dengan tatapan memohon.
Lukas tidak langsung menjawab. Lukas bingung haruskah dia memenuhi permintaan Rajendra atau tidak. Sebab seperti yang diketahui kalau kondisi Joni belum stabil apalagi emosinya yang masih sering meluap-luap diluar kendali. Lukas hanya takut Joni mengatakan kalimat menyakitkan pada Rajendra secara tidak sadar.
Rajendra kembali bersuara. “Bang?”
“Sekarang, Jen?”
“Iya, Bang. Ada sesuatu yang mau saya bicarakan sama Bang Joni. Kali ini aja, Bang.”
Pada akhirnya Lukas mengalah, dia tidak bisa melarang Rajendra menemui Joni.
“Ya udah, saya anter, ya. Tapi nggak bisa lama-lama karena kondisinya Komandan belum stabil.”
Rajendra hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
Lukas mengambil kursi roda yang sudah disediakan di ruangan tersebut kemudian membantu Rajendra untuk duduk disana. Setelah itu Lukas mendorong kursi roda Rajendra keluar dari ruangan untuk bertemu dengan Joni.
“Mau diantar sampai dalam enggak, Jen?” tanya Lukas setibanya mereka didepan ruang rawat Joni.
Rajendra menggeleng. “Nggak usah, Bang. Saya bisa sendiri. Makasih ya, Bang.”
“Iya, sama-sama. Bang Lukas nunggu didepan, ya.”
Lukas tidak memaksa, dia membiarkan Rajendra masuk lantas menunggu didepan ruangan tersebut. Sementara itu didalam ruangan, Joni terkejut melihat kedatangan Rajendra. Rajendra mengumbar senyum tipis begitu Joni melihat ke arahnya dan dia mendorong kursi rodanya mendekati ranjang tempat Joni terbaring.
“Hai, Bang. Maaf baru sempet lihat Bang Joni sekarang,” ucap Rajendra agak canggung.
Joni tidak menjawab dan malah memalingkan pandangannya. Jujur Joni merasa perih melihat kondisi Rajendra sekarang.
“Saya kesini mau minta maaf, Bang. Saya merasa semua yang terjadi ini karena salah saya termasuk kematian Bang Atuy. Saya juga mau minta maaf karena buat Bang Joni merasa bersalah sama Bang Jamal. Saya udah denger semuanya dari Bang Lukas. Bang Joni selalu merasa bersalah karena nggak bisa menjaga saya setelah kematian Bang Jamal. Saya bener-bener minta maaf, tapi sejujurnya saya cuma nggak mau jadi beban untuk Bang Joni.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...