PRANG!
PRANG!
PRANG!
Tyas terperanjat dari tidur nyenyaknya setelah Joni dengan dua personil sablengnya, yaitu Raihan dan Haikal membuat keributan di kamarnya dengan membunyikan panci-panci yang dipukul menggunakan centong sayur. Lagipula siapa sih orang yang tidak akan terganggu jika dibangunkan dengan cara tidak manusiawi seperti itu? Huft! Amarah Tyas sudah mendidih pagi-pagi begini.
“Ihhh! Om Joni apa-apaan sih?! Udah ah!” Tyas marah sambil mendorong panci berbahan alumunium disodorkan tepat di samping telinganya.
Joni berkacak pinggang, dia tidak kalah galak dari Tyas. “Bangun! Kamu lupa dengan pembicaraan kita semalem kalau hari ini kamu harus pergi ke sekolah dan nggak ada acara bolos kayak kemarin-kemarin. Kamu itu kalau dibiarkan nanti makin ngelunjak. Kamu mau nggak lulus tahun ini karena sering bolos, hah?”
“Entar lo makin bego kalau nggak sekolah,” sambung Haikal.
“Gue tahu lo goblok udah dari lahir tapi jangan dipupuk juga sampe gede gini,” timpal Raihan.
Ucapan Joni, Raihan, dan Haikal terdengar sangat menyebalkan di telinga Tyas. Namun jika Tyas menolak dia pasti akan diomelin sama Joni seharian ini sudah gitu Joni kalau ngomel rasanya seperti memberi wejangan alias panjang banget.
“Ayo cepet siap-siap buat pergi ke sekolah,” titah Joni sambil menarik lengan Tyas.
Tyas merengek. “Lima menit lagi, Om. Beneran deh aku masih ngantuk. Lagian ini masih jam berapa, masih pagi banget. Entaran aja siap-siapnya.”
“Nggak ada penolakan. Kamu mandi sekarang atau saya guyur disini pakai air satu ember.”
“Iya, aku mandi sekarang.”
Mendengar itu senyum Joni langsung terbit kemudian dia membawa dua personilnya keluar dari kamar Tyas. Barulah saat mereka pergi Tyas kembali merebahkan dirinya ke kasur dan menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya.
“TYAS JANGAN TIDUR LAGI!”
Baru memejamkan mata beberapa detik saja, Joni sudah meneriakinya lagi. Tyas kaget sambil menyingkap selimutnya.
“Anjir Om Joni tahu-tahuan aja gue mau tidur lagi,” dengus Tyas.
Mau tidak mau Tyas beranjak dari kasur dan bersiap untuk mandi. Tyas memilih mandi bebek saja pagi ini karena hawa yang dingin membuatnya malas mandi, selain itu Tyas sebenarnya tidak suka mandi pagi-pagi begini. Makanya dulu saat Tyas masih aktif masuk sekolah dia pasti lebih memilih mandi di malam hari supaya paginya tidak perlu mandi lagi. Ya, memang terkesan jorok tapi biarlah Tyas lebih suka seperti itu.
Hanya butuh lima menit saja untuk Tyas menyelesaikan mandinya kemudian keluar dengan wajah yang jauh lebih segar. Tyas berjalan menuju lemari untuk mengambil seragamnya. Sedikit informasi kalau seragam tersebut Tyas dapatkan dari Joni yang memang sengaja membelinya supaya Tyas tidak punya alasan untuk tidak pergi ke sekolah. Dibalik rasa kesalnya, jujur Tyas merasa senang mendapat perhatian seperti ini yang seolah-olah membuat Tyas merasa dipedulikan.
Tyas tersenyum kecil. “Berasa punya Abang gue kalau kayak gini,” ujarnya seraya mengambil seragam itu dan memakainya.
Seperti sebelum-sebelumnya Tyas hanya mencepol rambutnya asal-asalan hingg ada beberapa helai anak rambut yang tidak ikut terikat. Tapi penampilannya ini membuat Tyas kelihatan lebih cantik dan muda. Setelah selesai bersiap-siap dan tidak lupa membawa buku, Tyas turun ke bawah untuk sarapan bersama yang lain.
Sementara itu di meja makan sudah ada Joni, Rajendra, Raihan, Haikal, dan Jenan yang sedang menunggu Tyas datang. Hingga saat Tyas turun ke bawah mereka langsung menatapnya secara bersamaan. Sedangkan Tyas yang mendapat tatapan dari kelima laki-laki itu merasa sangat kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...