police and agent | 20 |

325 43 1
                                    

Semua orang pasti berpikir bahwa menjadi seorang Felicia Tyas Larasati sangatlah bahagia. Kenapa? Tyas lahir di keluarga yang sangat berkecukupan bahkan lebih. Nama keluarganya pun terpandang dan dikenal banyak orang. Tyas juga memiliki paras cantik yang diimpikan banyak orang. Ditambah Tyas resmi menjalin hubungan dengan Rajendra yang dinobatkan sebagai cowok tertampan dan paling keren di sekolah. Hidup Tyas seakan berjalan sangat mulus di mata orang-orang.

Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Tyas memang hidup bergelimang harta tetapi semua itu tidak menjamin sebuah kehangatan dan kebahagiaan. Sungguh jika boleh memilih Tyas akan lebih suka tinggal di rumah sederhana tapi penuh kehangatan daripada rumah besar nan mewah tapi tidak berarti apa-apa bahkan kehangatan didalamnya pun tidak ada.

Sama halnya seperti hari ini dimana Tyas kembali menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Tyas kembali merasa hampa dan kosong. Dengan langkah gontai, Tyas berjalan masuk ke dalam dan wajahnya tampak muram tak bersahabat. Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh Tamara dan Tyas serta beberapa pembantu. Tentu saja hal tersebut membuat rumah ini terasa sangat sepi apalagi saat Tamara dan Tyas tidak berada di rumah mengingat mereka jarang akur dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Biasanya jika Tamara dan Tyas bertemu di rumah yang ada hanyalah pertengkaran alih-alih percakapan manis antara seorang ibu dan anak.

“Hah!” Tyas menghela napas sambil merebahkan diri di kasur empuk miliknya.

Rumah sepi. Tyas sudah menduga kalau Tamara belum pulang. Entahlah Tyas juga tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan oleh ibunya itu. Jujur Tyas merasa senang jika Tamara tidak ada karena dia tidak perlu membuang energi untuk berdebat dengan ibunya itu.

“Loh, Non Tyas sudah pulang?”

Tyas beranjak dari posisi tidurnya menjadi duduk dan menatap ke arah pintu dimana disana ada seorang pembantu. “Iya, Mbok.”

“Baru saja kamarnya mau Mbok bersihkan. Non Tyas mau makan apa biar Mbok masakin?”

“Nggak usah deh, Mbok. Aku belum laper kok. Oh ya, Mamah kemana?”

“Nyonya belum pulang dari kemarin, Non. Sepertinya Nyonya lembur lagi di kantor. Mungkin sebentar lagi pulang.”

Tyas tersenyum penuh makna. Tamara belum pulang dan ini menjadi kesempatan Tyas untuk mencari informasi soal Ayahnya yang selama ini selalu di tutup-tutupi oleh Tamara dengan berbagai alasan konyol. Mungkin dulu saat Tyas masih kecil Tamara bisa mengelabuinya tiap kali Tyas bertanya perihal Ayah. Tetapi sekarang Tyas sudah jauh lebih dewasa dan dia tidak akan tertipu dengan begitu mudahnya.

“Mbok, kamarnya Mamah di kunci enggak?”

“Setiap hari tidak pernah di kunci, Non. Kan, setiap hari dibersihkan sama Mbok. Memangnya kenapa, Non?”

“Ah, nggak apa-apa kok.”

Mbok Inem mengangguk. “Ya sudah, Mbok lanjut kerja lagi, ya. Non Tyas kalau butuh sesuatu bisa panggil Mbok atau yang lain.”

“Siap. Makasih ya, Mbok.”

Setelah Mbok Inem sudah tak terlihat lagi Tyas bergegas pergi ke kamar Tamara. Tyas harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum Tamara pulang. Tyas menutup pintu kamar Tamara dengan perlahan lalu dia mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.

Tyas mulai menggeledah lemari baju milik Tamara. Tangannya bergerak tergesa diatas tumpukan baju yang sudah di setrika dan di tata dengan rapi. Lalu Tyas juga memeriksa laci di lemari baju tersebut, tapi sialnya Tyas tidak menemukan petunjuk apapun tentang Ayahnya. Tak putus asa, Tyas beralih menggeledah meja rias Tamara sampai menjatuhkan beberapa make up yang sudah di tata disana.

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang