police and agent | 21 |

315 35 1
                                    

“Jadi informasi apa yang kalian dapat soal Badrun?”

Pertanyaan dari Raihan membuka topik obrolan utama mereka setelah sebelumnya membahas obrolan random yang tidak jelas. Raihan memperlihatkan raut wajah paling serius membuat Ajun dan Icung yang tadinya masih bercanda dengan Haikal mendadak berhenti.

Ajun berdeham, dia bertingkah layaknya seseorang yang sudah dewasa. “Jadi gini, Bang. Kemarin aku sama Icung dapat informasi kalau Badrun sama antek-anteknya itu bakal ngadain pesta, dimana Badrun bakal ngundang para rekan bisnisnya. Pesta itu diadain di Yogyakarta tepatnya di villa milik Badrun, Bang.”

“Kamu tahu alamat villanya dimana?” tanya Tyas mulai nimbrung dalam obrolan ini.

Kali ini Icung yang menjawab dengan nada mantap. “Tahu, Kak.”

“Itu kapan acaranya dilaksanakan?” imbuh Haikal.

“Sekitar dua minggu lagi, Bang. Cuma untuk keberadaan Badrun sekarang kita nggak tahu. Yang pasti dalam dua minggu ke depan Badrun bakal pergi ke Yogyakarta,” jelas Ajun.

Raihan, Haikal, dan Tyas kompak manggut-manggut. Mereka saling bertukar tatapan seolah pikiran mereka sejalan dan terhubung. Ini akan jadi kesempatan emas untuk mereka menghancurkan Badrun. Namun kembali lagi, semua ini tidak semudah kelihatannya apalagi mereka hanya bocah ingusan yang tidak punya strategi apapun untuk mengalahkan Badrun.

Tentu saja mereka juga tidak bodoh dan berbuat nekat dengan ingin menyusul Badrun ke Yogyakarta tanpa modal apapun. Bisa-bisanya mereka pulang tinggal nama saja. Jalan satu-satunya yang bisa mereka pilih adalah memberitahu Joni dan yang lain soal informasi ini. Tapi mereka masih takut pada Joni.

“Kita nggak bisa gerak sendiri,” ujar Raihan.

Haikal mengangguk. “Iyalah, yang ada kita habis di tangan Badrun.”

“Kalau pun kasih tahu Om Joni juga kayaknya ini bukan waktu yang tepat. Kalian tahulah Om Joni masih terpukul sama kepergian Om Atuy,” sahut Tyas dan dia sedang memikirkan cara lain agar mendapat songkongan bantuan.

“Jangan langsung ke Komandan deh. Trauma gue di maki-maki sama dia kemarin,” balas Haikal.

Ya, ucapan Joni kemarin masih terbayang-bayang didalam kepala Haikal yang membuatnya takut dengan Joni. Masalahnya kejadian kemarin membuat Haikal kembali teringat bagaimana dulu kedua orang tuanya yang memaki-maki dirinya menggunakan nada yang tinggi. Bagian pahitnya Haikal ditinggalkan begitu saja saat usianya masih kecil. Makanya Haikal paling tidak bisa mendengar seseorang berbicara dengan nada yang tinggi.

“Gimana kalau ke Bang Lukas atau Mbak Kinan dulu aja?”

Tyas mengangguk sependapat dengan Raihan. “Nah, bener banget tuh. Kata gue ke Om Lukas aja sih. Mbak Kinan pasti bakal ngomel kalau tahu kita diem-diem cari informasi soal Badrun. Bisa-bisa kita nggak dibolehin lagi.”

“Nah, bener. Ke Bang Lukas aja,” tambah Haikal mendukung pendapat Tyas.

“Ya udah, kita bakal bicarain ini sama Bang Lukas,” ucap Raihan final.

Ajun dan Icung hanya memperhatikan obrolan tiga orang yang umurnya terpaut dua tahun di atasnya itu dengan wajah polos. Mereka sama-sama tidak mengerti makanya hanya mendengarkan saja.

Tyas tersenyum pada Ajun dan Icung. “Kalian mau gabung sama kita enggak?”

“Gabung apa, Kak?” Ajun kelihatan tidak mengerti dengan ajakan Tyas.

“Gabung sama kita buat menghancurkan Badrun. Kita sama-sama jadi agent pembasmi kejahatan. Mau enggak?”

Mata Icung sudah berbinar dan dia mulai membayangkan kalau dirinya benar-benar jadi agent pembasmi kejahatan didunia. Rasanya akan sangat keren sekali.

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang