police and agent | 17 |

290 44 2
                                    

Sudah lebih dari 3 jam Lukas hanya duduk termenung didepan ruang ICU. Penampilannya benar-benar berantakan; rambut acak-acakan, wajah lelah, mata sembab, dan lingkaran bawah mata yang sangat kentara menandakan dia tidak tidur semalaman. Tidak ada yang bisa Lukas lakukan selain duduk termenung dan menangis setelah dokter menyampaikan kabar duka dari salah satu rekannya.

Kinan yang baru saja kembali setelah menghubungi rekan-rekannya yang lain tentang kabar duka ini, menatap nelangsa ke arah Lukas yang masih belum beranjak dari sana.

“Lukas.”

“Atuy udah pergi, Nan. Atuy ninggalin kita semua.”

Kinan mengambil posisi duduk di samping Lukas lalu merengkuh laki-laki itu ke dalam pelukannya. Disitulah suara tangisan Lukas kembali terdengar membuat hati Kinan teriris-iris.

“Kas, jangan kayak gini.”

Suara Kinan terlampau lirih dan tertahan. Tidak banyak yang bisa Kinan lakukan selain memberi Lukas pelukan berharap beban dan rasa sakit yang laki-laki itu rasakan bisa berkurang. Sungguh Kinan juga tidak sanggup setelah mendengar dokter menyampaikan kabar kematian Atuy tepat saat adzan subuh berkumandang. Semua yang terjadi hari ini terlalu sulit Lukas dan Kinan terima.

Padahal baru kemarin mereka masih mengobrol, bercanda, dan tertawa bersama. Tapi kenapa sekarang semuanya harus berakhir semenyakitkan ini.

“Tuy, nitip susu jahe dong entar duitnya gue ganti.”

“Halah! Bayar dulu sini utang susu jahe yang kemarin. Enak aja nitip doang tapi nggak mau bayar.”

“Ya elah, timbang lima ribu perhitungan banget lo sama temen. Buruan sana.”

“Iya, bawel banget sih. Kas, ayo cabut ke angkringan.”

“Kuy.”

Semua bayang-bayang tentang Atuy masih melekat kuat dalam ingatan Kinan membuat hatinya kian didera rasa sesak dan sakit secara bersamaan. Atuy mungkin jadi orang paling menyebalkan menurut Kinan dan mereka sering kali terlibat pertengkaran karena hal sepele. Tapi dibalik itu semua, Atuy adalah orang pertama yang selalu siap mendengarkan curhatan Kinan. Atuy tidak pernah menolak panggilan telepon dari Kinan meski perempuan itu menelepon malam hari. Atau saat ban mobil Kinan bocor, Atuy rela putar balik demi menjemput Kinan. Atuy bahkan jadi orang paling sibuk bolak-balik ke rumah sakit saat Kinan opname disana karena tipes dan selalu memastikan keadaannya baik-baik saja.

Tapi sekarang semua tinggal kenangan.

Atuy sudah berpulang ke rumah Tuhan.

“Cewek masih banyak kali, Kas. Kalau yang ini lepas cari yang lain.”

“Lo jomblo mana ngerti sih perasaan gue.”

“Santai, brother. Lo nggak bakal kesepian selama masih ada gue. Lo mau pergi kemana? Gue siap nemenin.”

“Gue masih lurus ya, bangsat.”

“Gue juga masih lurus ya, anjing. Gue mah baik sebagai temen lo, gue nggak mau lo ngenes-ngenes amat pergi sendirian makanya gue temenin. Kuy liburan nanti mau kemana?”

“Bener juga. Makasih, bro. Gue pegang janji lo, ya. Lo harus temenin gue pokoknya.”

“Iya, janji.”

Lukas kembali memejamkan mata, dia masih berada dalam pelukan Kinan yang ternyata tidak membantu apa-apa. Sekelebat memori percakapannya dengan Atuy minggu lalu kembali menghantui pikirannya.

Lukas tersenyum kecut. “Lo pembohong, Tuy. Mana yang katanya lo mau nemenin gue liburan, mana yang katanya lo nggak mau ngelihat gue kesepian, mana janji itu? Lo bohong sama gue, Tuy. Sekarang gue sendirian, gue kesepian tanpa lo.”

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang