Gelisah.
Satu kata yang mendeskripsikan perasaan Tyas saat ini. Bagaimana tidak? Rajendra yang setiap harinya selalu datang menjemput Tyas, hari ini mendadak tidak menampakkan batang hidungnya di rumah Tyas.
Tyas sudah siap dengan seragam sekolahnya, duduk di teras rumah sambil sesekali menelepon Rajendra tapi nomor pacarnya itu tidak aktif sama sekali. Selain itu pesan yang Tyas kirimkan dari semalam juga tidak mendapat balasan.
“Rajendra kemana sih?!” geram Tyas sambil menggerak-gerakkan kakinya dengan perasaan tidak tenang.
Tidak biasanya Rajendra begini dan kalaupun Rajendra tidak bisa menjemput Tyas, Rajendra pasti akan memberi kabar agar tidak membuat Tyas menunggu. Tapi hari ini Rajendra benar-benar hilang seperti di telan bumi.
“Ah, sialan!” Kembali, Tyas mengumpat sambil beringsut dari duduknya.
Diliriknya jam yang menunjukkan pukul 6.30 dan artinya setengah jam lagi gerbang akan di tutup. Tyas tidak punya pilihan selain berangkat sendiri ke sekolah menggunakan motor sportnya.
Tyas melajukan motor sportnya meninggalkan kawasan perumahan elite itu. Dengan kecepatan sedang, Tyas membelah jalanan yang cukup padat pagi itu karena bersamaan dengan orang-orang yang hendak pergi ke kantor serta tranportasi umum yang mulai beroperasi.
Disepanjang perjalanan Tyas kesulitan fokus karena terus memikirkan Rajendra yang tiba-tiba tidak ada kabar. Tyas memukul stang motornya karena kepalang kesal dengan Rajendra. Ditariknya gas pada motor itu semakin dalam hingga melaju melebihi kecepatan normal. Tyas meliuk-liukkan motornya dan mendahului kendaraan lain dengan lihai. Kemampuan Tyas dalam mengendarai motor sport memang tidak perlu diragukan lagi.
Ya, tidak heran karena Tyas sering ikut serta dalam balapan motor liar yang sering diadakan dibeberapa titik jalanan. Dalam setiap pertandingan, Tyas selalu pulang membawa kemenangan dan berakhir akan mentraktir seluruh pendukungnya di restoran mahal. Alasan Tyas sering mengikuti balapan liar bukan karena kekurangan uang, melainkan sebagai tempat pelampiasan masalah yang selama ini selalu dia pendam. Terutama permasalahan dengan Tamara, Mamahnya.
Tyas memang tidak cocok dengan Tamara yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa peduli dengan perasaan Tyas.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, Tyas akhirnya tiba di sekolah. Tyas memarkir motornya dan melepas helm full face yang menutupi paras cantiknya. Rambut Tyas yang panjang langsung tergerai indah begitu helm tersebut dibuka yang mana menarik perhatian murid-murid yang juga berada di parkiran.
Semuanya yang menyangkut soal Tyas memang selalu menarik perhatian.
Tyas memainkan rambutnya kemudian mengikatnya dengan asal. Masih dengan perasaan kesal, Tyas pun mendatangi kelas Rajendra dengan harapan bertemu pacarnya disana. Tyas ingin meluapkan kekesalannya pada Rajendra.
“Sorry, Rajendra belum datang?” tanya Tyas pada salah seorang teman sekelas Rajendra yang hendak keluar.
Cowok berkacamata itu melirik bangku Rajendra yang masih kosong kemudian menggeleng. ”Belum,” jawabnya lalu melenggang pergi.
Semuanya semakin terasa tidak masuk akal. Gerbang sekolah sebentar lagi ditutup dan Rajendra belum juga sampai. Dengan membawa segenap perasaan kesalnya, Tyas berjalan menuju kelasnya dan kembali mengecek ponsel karena barangkali Rajendra sudah membalas pesannya.
Tapi nihil, tidak ada satupun pesan atau panggilan telepon dari Rajendra.
“Rajendra emang bener-bener cari masalah sama gue,” geram Tyas lantas membanting ponselnya di atas meja yang mana membuat Bebby dan Yuna meringis tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Police And Agent |Jhonny Suh
FanfictionKehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa sangka jika agent rahasia yang Joni miliki adalah bocah bau kencur kemarin sore. Lantas dapatkah Joni...