police and agent | 13 |

336 43 0
                                    

Jam 10 pagi.

Hari ini seperti hari-hari sebelumnya Rajendra dan Jenan kembali mendapatkan tugas untuk bertransaksi narkoba. Kali ini mereka diperintahkan langsung oleh Badrun untuk mengantarkan barang tersebut ke salah satu perusahaan terkenal di Jakarta. Badrun mengatakan kalau kliennya ini adalah orang penting dan ternama jadi dia mewanti-wanti pada Rajendra dan Jenan agar berhati-hati supaya pergerakan mereka tidak memancing kecurigaan.

Layaknya aktor lawasan, Rajendra dan Jenan pandai memainkan ekspresi mereka dihadapan Badrun seakan berada di pihaknya. Kemudian Rajendra dan Jenan pergi ke alamat yang diberikan oleh Badrun. Alamat tersebut membawa mereka ke King House Corporation, salah satu perusahaan properti terkenal dan terbesar di Indonesia.

Awalnya Rajendra dan Jenan tidak percaya jika pemilik perusahaan tersebut melakukan transaksi narkoba dengan Badrun. Tapi kenyataannya memang seperti itu sehingga dia mendapat julukan klien VIP yang tidak sembarang orang bisa bertemu langsung. Makanya Rajendra dan Jenan sangat memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan Badrun.

Rajendra memandangi gedung megah tersebut. Disampingnya sudah ada Jenan yang sedang menyiapkan alat perekam. Ya, Rajendra dan Jenan akan merekam pembicaraan mereka yang nantinya akan dijadikan sebagai bukti.

Rajendra menghela napas pendek lalu merapatkan topi hitamnya. “Sekarang, Nan.”

Rajendra dan Jenan berjalan beriringan masuk ke gedung tersebut. Penampilan mereka sangat tertutup dan serba hitam agar tidak ada yang mengenali identitas mereka. Sesekali Rajendra dan Jenan mengedarkan pandangan mengamati sekeliling, lalu mereka masuk ke lift dan menekan lantai paling atas.

“Semuanya aman, Nan?”

“Tenang. Semuanya udah beres.”

Pintu lift terbuka yang mana langsung menghadap ke lorong. Lantai tertinggi dari gedung megah ini adalah lantai 20 dimana disana hanya terdapat sedikit ruangan yang tidak digunakan yang sebagian besar digunakan sebagai gudang. Di ujung lorong terdapat satu ruangan yang dijaga ketat oleh dua bodyguard. Rajendra dan Jenan langsung paham kalau ruangan itulah yang akan mereka gunakan untuk bertransaksi.

Tanpa mengatakan apapun dua bodyguard itu mempersilahkan Rajendra dan Jenan masuk seakan mereka sudah mengerti.

Didalam ruangan yang tidak cukup besar terdapat dua bodyguard lain yang berdiri tidak jauh dari bos mereka, Sanjaya.

Ada satu hal yang membuat Rajendra kaget karena dia melihat seseorang yang sangat dikenalinya tengah duduk di samping Sanjaya.

Laura.

Rajendra tidak menganggap Laura sebagai ancaman karena sedaritadi Laura tampak tidak mempedulikan kedatangan mereka dan fokus dengan ponselnya.

“Selamat datang,” ujar Sanjaya menyambut Rajendra dan Jenan.

Rajendra dan Jenan saling bertukar pandangan kemudian mereka pun duduk berhadapan dengan Sanjaya.

Tanpa membuang-buang waktu, Rajendra segera mengeluarkan barang diminta oleh Sanjaya.

“Ini barangnya,” katanya.

Sanjaya mengecek barang miliknya sebelum akhirnya tersenyum puas. “Bagus. Bilang sama Badrun kalau uangnya sudah saya transfer ke rekeningnya.”

Rajendra dan Jenan hanya mengangguk.

“Kalian sudah memastikan kalau tidak ada yang curiga?” tanya Sanjaya kemudian.

“Semuanya aman. Anda tidak perlu khawatir,” balas Jenan.

Sanjaya mengangguk mengerti. “Kalian boleh pergi.”

Police And Agent |Jhonny Suh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang