13

9.7K 919 37
                                    

"Memikirkan sesuatu, jagoan?" seseorang merangkul bahu Lisa yang sedang duduk seorang diri di pinggir kolam renang.

Lisa menoleh, "Oh, dad! Tidak. Hanya mencari udara segar saja"

"Tapi wajahmu tidak menunjukkan itu. Kau terlihat sedang tidak baik. Terjadi sesuatu?" tanya Marco Manoban, ayah Lisa.

Lisa tampak terdiam sejenak, bingung harus memulai dari mana.

"Ada hubungannya dengan gadismu?" tebak Marco.

Lisa mengangguk lesu.

"Apa yang terjadi?"

"Jennie marah padaku"

"Karena?"

"Hari ini markas diserang dan saat itu aku masih berada di sekolah. Terpaksa aku membolos dan kabur. Jennie mengetahuinya. Lalu dia marah besar padaku" jelas Lisa.

"Jadi itu alasan kenapa wajah tampanmu terlihat kacau hari ini? Kau kembali berkelahi, anak muda?" Marco meneliti wajah Lisa yang terdapat banyak luka baru di sana.

"Begitulah. Jennie melarangku menemuinya selama seminggu. Panggilanku juga tidak ada yang direspon olehnya. Aku harus bagaimana, dad?"

Marco terkekeh melihat anaknya merengek. Tidak biasanya Lisa seperti ini. Ia selalu menunjukkan sikap tangguh apapun situasi yang menimpanya. Saat terluka parah pun Lisa masih tetap menunjukkan ekspresi bahwa di baik-baik saja. Tapi lihat sekarang? Hanya karena seorang gadis, Lisa merengek seperti bocah kecil yang kehilangan mommy-nya saat sedang berada di mall.

"Wajar jika Jennie marah. Kau kabur saat jam sekolah dan berkelahi. Dia kekasihmu, dia hanya tidak suka melihatmu berbuat ulah" Marco menepuk bahu anaknya, berusaha memberikan pengertian.

"Tapi sejak awal aku begini, dad. Dan Jennie baik-baik saja dengan itu, dia tetap mau jadi kekasihku. Kenapa sekarang dia marah karena aku berkelahi? Aku sudah sering melakukannya sebelum bersama Jennie" elak Lisa.

"Ya, kau benar. Tapi berharap agar kau berubah jadi sedikit lebih baik juga tidak ada salahnya bukan? Tidak merugikanmu. Mungkin Jennie khawatir terhadap keselamatanmu. Bukan bermaksud apa-apa"

"Dia hanya kekasihku, dad. Dia tidak berhak mengaturku. Daddy dan mommy saja tidak pernah melarangku melakukan hal yang kusuka"

"Dan bukan berarti daddy menyetujui semua sikap yang kau lakukan. Daddy diam karena daddy merasa, kau sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihanmu sendiri. Jika kau memilih jurang sebagai jalan hidupmu sekalipun, daddy akan membiarkannya. Karena kau sendiri yang akan terperosok ke dalamnya dan menyadari betapa salahnya pilihanmu"

"Lalu, putuskan Jennie sekarang juga!" pungkas Marco, membuat kedua mata Lisa membulat sempurna.

"Ya! Apa yang daddy katakan? Aku mencintainya, aku tidak ingin putus dengan Jennie" tolak Lisa mentah-mentah.

"Kalau begitu, biar daddy yang menyuruh Jennie untuk memutuskanmu"

"Daddy ingin membuatku menderita? Daddy ingin merenggut kebahagiaanku? Kenapa daddy jahat sekali!"

"Well, daddy rasa kau belum siap untuk berpacaran, anak muda. Kau tidak mau diatur, padahal sudah jelas Jennie melakukannya untuk kebaikanmu. Ketika kau memiliki pasangan, itu sudah bukan tentang dirimu sendiri atau dirinya lagi. Tapi tentang kalian. Sudah saatnya saling membuang ego dan mau mendengarkan satu sama lain. Jika kau ingin menjalin sebuah hubungan, kau harus siap diatur. Kau juga harus siap menghadapi sikap posesif pasanganmu, tentang kemarahannya, dan apapun itu selama masih dalam batas wajar. Kalau kau tidak mau mengalaminya, lebih baik sendiri saja. Bukankah jauh lebih tenang? Bebas dan tidak ada yang mengatur" kata Marco panjang-lebar.

When Perfect Meet Trouble Maker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang