15

11.3K 875 8
                                    

Perpustakaan di SMA Global International terpantau cukup ramai siang ini. Lisa, Jisoo, Wendy, Seulgi dan Ryujin terlihat duduk melingkar di salah satu meja kosong yang ada di sana. Di depan mereka, beberapa buku serta kertas-kertas coretan terlihat berantakan di atas meja. Satu laptop menyala, menampilkan sebuah video edukasi tentang penjelasan rumus-rumus matematika yang mereka butuhkan.

"Ya! Apa yang orang ini bicarakan? Aku tidak mengerti. Dia berbicara terlalu cepat seperti orang mabuk saja" omel Jisoo.

"Diamlah, chikin! Kau membuyarkan konsentrasiku" Seulgi menoyor kepala Jisoo cukup keras.

"Sialan kau, bear! Jika ini bukan perpustakaan, sudah kuhabisi kau!" Jisoo menunjukkan kepalan tangannya, namun Seulgi sama sekali tidak takut.

Mereka kembali fokus untuk mengerjakan soal-soal mereka. Minggu depan akan ada ujian, itu sebabnya mereka belajar cukup keras sejak beberapa hari lalu. Mereka tertinggal banyak materi sejak awal sebab sering membolos dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan. Membuat mereka harus mengulang banyak materi tanpa didampingi oleh para guru.

'Tess'

'Tess'

Beberapa tetes cairan berwarna merah terjatuh mengenai kertas soal mereka masing-masing.

"Mwo" kelimanya kaget dan secara otomatis menutupi hidung masing-masing.

Karena tidak membawa tisu, mereka segera berdiri dari bangku dan pergi untuk menuju toilet yang berada di lantai satu gedung perpustakaan mereka. Beberapa toilet terlihat antre, membuat mereka berpencar untuk membersihkan darah yang tiba-tiba mengalir dari hidung mereka.

Lisa berada di toilet paling ujung dan berlari ke arah wastafel. Menyalakan keran dan menyeka darah yang masih mengalir dari hidungnya.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, hon" sebuah suara yang sangat familiar dan begitu ia rindukan sejak seminggu terakhir, masuk melalui indera pendengarannya.

Lisa yang semula sibuk menyeka hidungnya, spontan menoleh dan mendapati gadis berpipi mandu kesayangannya, berdiri tepat di hadapannya.

"Jennie?" gumam Lisa.

Jennie tersenyum dan berjalan mendekati Lisa. Ia menyeka kemeja putih Lisa yang sempat terkena noda darah menggunakan tisu basah yang Jennie bawa.

"Hukumanmu telah berakhir" ujar Jennie, masih sibuk membersihkan seragam Lisa.

Setelah memastikan noda darah tersebut tidak terlalu terlihat lagi, Jennie mengambil selembar tisu kering dan menyeka hidung Lisa yang masih basah karena air keran.

"Darahnya masih keluar?" tanya Jennie memastikan.

Lisa menggeleng.

"Berapa jam yang kau habiskan dalam sehari untuk belajar hmm?" Jennie membuang tisu bekas ke dalam tong sampah di dekatnya, lalu menatap Lisa dengan sangat intens.

"Aku tidak menghitungnya. Usai makan malam, aku akan masuk ke dalam kamar dan mulai membaca buku hingga biasanya tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan aku tidur setelahnya" jelas Lisa.

"Dan kau masih melakukannya saat jam istirahat?"

Lisa mengangguk.

"Jadi itu alasan kenapa aku selalu melihatmu nyaris datang terlambat? Kau selalu bangun kesiangan karena begadang?"

Lisa lagi-lagi mengangguk.

"Lalu kenapa aku selalu melihatmu mendorong motor setiap pagi dan terlihat baik-baik saja saat pulang? Apa motormu hanya mogok di pagi hari, hon?" Jennie mengusap pipi Lisa dengan lembut.

When Perfect Meet Trouble Maker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang