Hari Sabtu pagi, Lisa sudah berada di mansion keluarga Kim. Saat ini dirinya tengah bermain catur bersama Kim Dong-Wook, ayah Jennie, di sebuah pendopo kecil yang berada di taman belakang mansion keluarga Kim.
"Skak!"
"Yak! Kau curang, anak muda" tuduh Kim Dong-wook kepada Lisa.
"Aniya~ aku tidak curang, appa" elak Lisa.
Setelah beberapa kali bertemu dan menghabiskan waktu bersama, kedua orang tua Jennie meminta Lisa untuk memanggil mereka dengan sebutan appa dan eomma. Tidak hanya Lisa, Jennie juga sering datang berkunjung ke mansion keluarga Manoban dan mendapatkan sambutan yang sangat hangat di sana. Bahkan daddy dan mommy Lisa lebih sering membela dan memanjakan Jennie dibanding anak mereka sendiri, membuat Lisa merasa seperti anak terbuang.
"Ya, kau! Kau pasti sudah menghipnotisku, membuatku tidak sadar saat bermain. Itu sebabnya kau selalu menang!" Dong-wook kekeuh menuduh Lisa berbuat curang.
"Mwo? Sudahlah appa, akui saja kekalahanmu" Lisa tersenyum meledek.
"Tidak! Kau curang, aku tidak ingin bermain catur lagi denganmu" Dong-wook merajuk, membuat Lisa melongo.
Orang tua ini benar-benar.
Kim Dong-wook benar-benar tidak mau melanjutkan permainan caturnya dengan Lisa. Pasalnya, sudah 10 kali pertandingan berlangsung namun selalu berakhir dengan Lisa yang bisa mengalahkannya dalam waktu singkat. Benar-benar memalukan.
"Manoban!" panggil Dong-wook tiba-tiba.
"Hmm" Lisa hanya berdehem karena sibuk membereskan pion catur yang berserakan.
Sungguh gambaran calon menantu yang sangat sopan.
"Para wanita galak itu, kapan mereka selesai memasak? Aku sudah lapar" ujar Dong-wook mengusap perutnya yang sedikit buncit, efek jarang berolahraga.
"Aku tidak tau, appa. Kudengar mereka akan masak banyak, jadi mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama" balas Lisa.
"Haish! Aku sudah kelaparan. Aku juga bosan menunggu. Jadi, apa yang bisa kita lakukan sembari menunggu?"
Lisa hanya menggedikkan bahunya tanda tidak tahu.
"Kita berenang, bagaimana menurutmu?" usul Dong-wook.
"Mataharinya sangat terik. Jika ingin kulit appa terbakar, silahkan saja. Tapi aku akan tetap di sini"
"Haish...kau memang menantu tidak asyik" dengus Dong-wook sebal.
Celetukan dan tingkah pria paruh baya berusia nyaris kepala lima itu benar-benar berbanding terbalik dengan wajahnya yang terkesan judes dan galak. Untuk orang yang tidak mengenal dan baru bertemu dengannya, mungkin akan berpikir jika Dong-wook adalah pria yang galak dan susah didekati. Padahal faktanya sebaliknya. Orang ini sangat konyol.
"Appa..."
Dong-wook yang semula sibuk berbaring sembari menatap langit, kini menoleh ke arah Lisa yang sedang duduk bersandar tak jauh darinya.
"Wae?"
"Tentang wanita hamil yang sedang mengidam dan harus dituruti keinginannya, jika tidak ingin anaknya ngences saat lahir. Apa itu benar appa?" tanya Lisa, membuat Dong-wook langsung bangkit dari posisinya.
"Yak! Apa yang kau bicarakan? Siapa wanita hamil yang kau bicarakan? Kau menghamili Nini-ku? Iya?! Jawab anak muda!" gertak Dong-wook.
"Arrgghh...appa, lepaskan! Kau bisa membunuhku dan membuat cucumu lahir tanpa ayah" Lisa berusaha melepaskan tangan Dong-wook yang tiba-tiba mencekik lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Perfect Meet Trouble Maker [END]
Fanfiction"Arrgghhh...bisakah sehari saja kau berhenti mencari masalah?! Aku lelah, Lisa!" teriak Jennie frustasi. "Aku akan. Asal kau menjadi milikku!" tatapan Lisa menembus ke dalam mata Jennie. G!P 18+ 🔞🔞🔞