01. Faded

718 106 33
                                    


Seharian ini hujan tak berhenti mengguyur kota. Hanya curah nya saja yang berubah-ubah. Pagi tadi gerimis, siang hujan deras plus angin kencang, lalu mulai mereda saat sore. Kini, ketika jarum jam menunjukkan angka tujuh malam, ia masih menyisakan rintik-rintik beserta hembusan angin dingin. Hujan seakan tak ingin pamit dari tempat ini.

Aku membetulkan kacamataku yang hampir melorot ke hidung. Sambil menggosok-gosok telapak tangan dan sesekali meniupnya untuk mengurangi rasa dingin yang menusuk tulang. Aku kembali menengok ke arah kanan. Menunggu seseorang yang sampai detik ini masih belum kelihatan batang hidungnya.

Mataku beralih pada sepatu yang kukenakan. Sneakers nyaman yang dibelikan oleh si 'dia'. Makanya, sepatu ini jadi sepatu kesayanganku.

Aku mundur satu langkah untuk menghindari cipratan air genangan di depan ku, saat sebuah mobil melintas.

Jalan raya ini terlihat lengang. Mungkin sekarang orang-orang sudah siap di meja makan, menikmati menu makan malam yang hangat, sedangkan aku masih di sini berdiri sejak tiga puluh lima menit yang lalu.

Nggak. Aku sama sekali nggak sedih.

Karena lelah ku akan terbayarkan saat orang itu datang.

"Yuzu..!! Nunggu lama ya?"

Aku menoleh, dan dia sudah di sana.  Berjalan ganteng ke arahku.

  Berjalan ganteng ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please.. dia nggak capek apa ganteng terus?!

See? Ngelihat wajahnya saja, membuat rasa capek dan pegal ku menguap entah ke mana.

Aku tersenyum lebar.

"Nggak kok. Gue juga belum lama nyampe.." dustaku.

Dia tertawa kecil, lalu mencubit pipiku.

"Nggak usah bohong!! Hidung lo udah merah tuh. Tandanya lo udah kedinginan di luar."

Aku cuma nyengir. Toh, semua nya nggak sia-sia. Waktu dan tenaga yang kukorbankan untuk menunggu berbuah kesempatan berduaan dengannya.

And to be honest, it's my pleasure. ^^


Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan meraih kedua tanganku, Ialu memakaikannya. Sepasang sarung tangan winter berwarna nila!! Warna favorit ku !

Aku tidak bisa menyembunyikan kegirangan.

Dia memang si paling hafal seluk beluk seorang Yuzu.

Ia kembali tersenyum dan mulai mengajakku melangkah.

Kami berjalan bersisian. Menikmati dingin nan basahnya udara malam, namun sekaligus menciptakan kehangatan yang tak bisa kudeskripsikan.

"Kevin.." lirihku.

"Hmm?"

"Besok, lo..."

"Oh iya.. Besok ulang tahun lo kan?! Kita dinner berdua, yuk! Gue yang traktir.." ujarnya penuh semangat.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang