06. Because of You

257 92 15
                                    


Baru saja kakiku berpijak di bibir dapur, aroma manis nan lezat langsung membelai penciuman, membuat cacing-cacing dalam perut berteriak minta diisi.

Aku mendapati Dyaz berdiri membelakangiku, tengah sibuk mengaduk adonan. Entah mau bikin apa.

Melihat punggung kokohnya, mengingatkanku pada kejadian malam tadi. Lantaran efek sisa-sisa tangisanku yang belum sirna, kami berdua berakhir cuddling di tempat tidur. Dyaz yang terus membelai punggungku, dan aku yang terlelap di dekapannya karena terlalu lelah menangis.

Aku sendiri masih bingung, kenapa tiba-tiba bounding ku dengannya bisa sedekat itu.

Bagaimana bisa cowok ini membuatku terbuai dalam ketenangan dan kehangatan yang ia suguhkan.

Dan kini, tahu-tahu dia sudah 'bertempur' di dapur.

Sepertinya kata lelah tidak ada dalam kamusnya. Padahal lengannya yang cukup liat itu beralih fungsi menjadi bantalku semalam suntuk.


"Pagi.." aku beringsut mendekat.

Dyaz menoleh sambil memasang senyum cerah, "Pagi.. tidurmu nyenyak?"

Aku menipiskan bibir dan mengangguk pelan.

"Kamu bisa masak?" tanyaku, sambil memperhatikan satu persatu barang juga bahan yang ia susun di atas meja.

"Aku suka masak. Tapi aku lebih suka makan masakan kamu." sahutnya.

Apa maksudnya coba, dia ngomong kayak gitu?

"Kode nih, minta dimasakin?" celetukku.

Dyaz terkekeh pelan dan menggeleng, "Hari ini, biar aku saja yang buat."

Detik selanjutnya, tak ada lagi yang bersuara. Dyaz yang sibuk menuangkan adonan di pan, dan aku yang cuma jadi penonton.

Dia menyiapkan dua porsi pancake di atas meja makan, lalu menyiraminya dengan saus stroberi. Tak ketinggalan, dua gelas susu menjadi pelengkap sarapan kami pagi ini.

Dyaz duduk di hadapanku, dan memberi isyarat dengan dagu menyuruhku untuk mencicipi hasil karyanya.

Sesuap kecil berhasil masuk ke mulutku, dan.. "Wah! Enak." ujarku berbinar.

Cowok itu tersenyum puas melihat reaksiku. Satu hal yang baru kutahu, rupanya orang ini jago masak.

"Kamu, kan pinter masak. Kok, malah suka masakanku? Aku paling juga cuma bikin nasi goreng." tanyaku sambil kembali mengunyah suapan kedua. Kali ini lebih besar.

"Karena, aku suka sama yang masaknya."

"Uhuk.. uhuk!" kontan aku keselek.

Enteng banget tuh mulut. Nggak tahu apa, kalau gue jantungan dengernya.

Dyaz menyodorkan segelas kecil air putih yang segera kuteguk sampai tandas.

Aku mendelik, sedangkan yang dipelototi malah lanjut makan dengan santai, seolah tidak ada yang terjadi.

"Sejam lagi Pak Roni datang, mau bersih-bersih. Kita ngegym aja di bawah, yuk.!"

Oh iya, aku baru sadar, ini hari libur. Tapi, masa' ngegym?

"Aku capek. Pengen rebahan.."

Sebelah alis Dyaz meninggi, "Bukannya dulu kamu suka banget olahraga, ya? Katanya mau jaga bentuk badan.."

"Aku yang dulu.. bukanlah yang sekarang.." kilahku bersenandung.

Dyaz mendengus geli. "Kalau Pak Roni lagi bersih-bersih, terus ada kamu di sini kan, beliau jadi nggak enak."

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang