16. Switch

276 82 38
                                    


Dyaz's POV


Dengan kesal, kumasuki ruangan Manager sambil melepas jas dan melonggarkan dasi.

Tak lama, sosok lain menyusul masuk tanpa ketuk pintu.

Siapa lagi kalau bukan Adrhea The Troublemaker.

Dia menutup pintu sambil nyengir kuda.

"Kamu ngapain dateng-dateng malah ngaku jadi calon istri?! Yuzu bisa salah paham!"

"Ngehalu aja masa' nggak boleh..?"

"Nggak!"

Dia cemberut. "Siapa suruh, sampai sekarang Kak Yuzu nggak mau ngakuin kalau dia istri Kakak..!"

Kontan kurapatkan gigi, dan menempelkan telunjuk di bibir. Lalu bergegas membuka pintu.

Kudapati Hardi sudah stand by di mejanya.

"Hardi.. tolong jangan ada siapapun yang ganggu saya, sampai saya keluar. Oke?" pintaku datar.

Sedetik Hardi terpaku bingung. Kemudian ia mengangguk, "baik, Pak."

Kututup kembali dan menguncinya dari dalam. Bisa repot kalau bacotnya Adrhea kedengaran orang luar.

"Jangan, Mas..! Jangan apa-apain saya..!" Adrhea ngedrama sembari menutupi dadanya dengan kedua tangan menyilang.

"Mimpi." cibirku meliriknya sinis, lalu berjalan ke kursiku.

Bocah itu terkikik.

"Kenapa coba Kak Yuzu bisa lupa sama aku..?! Aku kan sakit hati.. padahal aku udah curhat luar dalem sama dia.. huh.. kukira hubungan kita spesial." dia merengut.

Kutarik nafas sejenak.

"Dia sakit, Adrhea.. Yuzu juga pasti nggak mau kayak gini." ujarku muram.

Masih kuingat jelas penjabaran dr.Hurwitz -Psikiater di Cambridge- saat aku konsultasi padanya beberapa waktu lalu.
"Amnesia yang istri anda alami cenderung termasuk kategori Amnesia Disosiatif. Penyebabnya karena pengalaman traumatis. Ia akan mengalami keraguan terhadap identitas diri, rendahnya self-esteem, ketidakmampuan mengontrol emosi, dan kondisi psikis yang tidak stabil. Support system is the principal therapy."

Aku amat mengerti, yang paling banyak kesulitan di sini adalah Yuzu.

Nggak mudah berada di sekitar orang-orang yang ia lupakan eksistensinya.

Karena itu, aku berjanji akan selalu di sampingnya, sampai ia sendiri yang memintaku pergi.

'Maafkan aku, Dyaz.. Ternyata.. selama ini aku keliru..'

Stop!

Memejamkan mata sejenak, berharap memori itu tak lagi melintas di otakku.

Aku benar-benar tidak ingin mengingat hari suram itu. Sampai kapanpun.


"Tapi kan.." ocehan Adrhea membuatku kembali membuka mata. "Dia juga udah nyakitin Kak Dyaz. Aku sebel jadinya.!"

"Itu urusan kami berdua. Nggak ada hubungannya sama kamu." tukasku.

Sesaat, aku tertegun.

"Tunggu. Kamu tahu dari mana soal itu?" cecarku dengan kening berkerut.

Refleks Adrhea menutup mulut.

"Junio, ya?!" tebakku yang dibalas dengan cengiran darinya.

Dasar, Lambe turah!

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang