34. White Lie

262 28 37
                                        




"Lo kenal dia kan..?"


Tatapan datar Dyaz mengarah padaku sebelum mengangguk polos.
"Kenal. Itu Yuzu, kan? Staff copywriter di kantor gue."

Terpegun sedetik, Junio dan aku saling berpandangan.

"Eyy,. Jangan bercanda!" tukas Junio dengan senyum panik.

Alis Dyaz naik sedikit, "apanya?"

Cowok itu tampaknya tidak sedang main-main, sebab ekspresi wajahnya sekarang terbilang cukup serius.


Tercengang, Junio bungkam kehabisan kata, sementara aku masih mencerna situasi tak terduga ini.

Lelaki bermanik bening itu menyorot sepupunya dengan tatapan 'kenapa cewek itu ada di sini?'

Hingga aku seketika mematung. Bingung.
Serta sedikit pilu.



Ada apa ini? Kenapa?



Apakah Dyaz.. melupakanku?





"Kak Dyaz! Udah bangun??" seruan Adrhea yang baru datang, memenuhi ruangan.

Sontak atensi kami bertiga teralih padanya.
Gadis berambut panjang yang diikat tinggi itu kini memasang muka sedih campur haru yang dibuat-buat.

"Haaa.. syukurlah! Aku lega sekarang.. since yesterday I worry about you.
Jadi pengin peluk kak Dyaz, boleh yaa?"

Si pemilik nama mengulum senyum lembut sebelum merentangkan sebelah tangan, siap menerima pelukan.

Raut sedih Adrhea langsung berganti sumringah, ia dengan cepat menghampiri Dyaz.

Namun baru dua langkah, kerah bajunya ditarik dari belakang oleh Junio, hingga tubuh nya terseret mundur.

"Jadi cewek tuh jangan ganjen!"

"Apaan sih, Biawak?! Sirik aje. Ngiri, ya? Pengen dipeluk juga..?"

"Dih. Nggak butuh!" Junio buang muka sambil merengut, tapi tangannya masih mencekal kerah baju Adrhea.

Dyaz terkekeh, sementara aku cuma bisa menarik ujung bibir sepersekian mili.



Masih ada hal mengganjal juga rasa tak nyaman yang bercokol di dada.


Bola mataku kembali mengarah pada suami yang saat ini terasa bagai orang asing.

Dia bahkan tampak tidak mau repot-repot melirikku yang notabene berada sejajar dengan arah pandang nya.



Sepertinya Adrhea baru menyadari situasi awkward di kamar ini, ketika melihat ku yang masih berdiri kikuk dengan jarak yang agak jauh dari Dyaz.

Menatap bingung, gadis itu bertanya hati-hati.
"Ada hal yang kulewatkan?"

Mataku bergerak-gerak menyorot ke sembarang arah, canggung.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang