31. Angel Eyes

227 49 19
                                    


Yuk ramaikan vote dan comment nyaa~


Kecepatan lariku menurun karena gerak kaki yang mulai goyah.

Hingga ketika ujung flat shoes ku menubruk batu kecil yang tak berdosa di tengah jalan, aku terjerembab. Lutut ku mencium tanah berlapis plesteran semen sampai menimbulkan bunyi gedebuk yang lumayan keras.

Bunyi itu cukup untuk membuat ku tersadar keadaan.
Setelah mengecek goresan merah yang kini menghiasi kulit lututku, sambil meringis aku mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Rupanya aku berada di belakang bangunan toko yang cukup gelap. Area ini sama sekali asing buatku.

Menghapus cepat jejak air mata, agak susah payah aku bangkit berdiri.



Benar-benar menyebalkan!
Aku harus kesasar ke tempat asing dengan kaki terluka cuma gara-gara tingkah perempuan itu.

Oke, kuakui responku tadi memang cukup naif dan dramatis. Mungkin.. akibat terlalu shock, sedih dan kecewa dengan apa yang kulihat.

Hingga kubiarkan logikaku absen sementara.

Padahal sekarang kalau dipikir-pikir, mau Dyaz suka Seanna atau tidak, perbuatan perempuan nekat itu tetap tidak boleh dimaklumi.


"Kakak itu istri sahnya Kak Dyaz. Kakak ada di posisi yang kuat!"



Adrhea benar.
Apapun alasannya, wanita yang berusaha mendekati pria beristri bisa disebut pelakor.

Apalagi sampai berani mencium nya!

Ishhh! Rasa ingin menghujat jadi semakin meledak-ledak.



Kuambil ponsel dari dalam tas, berniat memesan taksi untuk pulang ke apartement.

But, Hah? Handphoneku mati?!
Mana bawa uang tunai cuma recehan doang lagi.
Boro-boro buat bayar taksi, beli seporsi pecel ayam saja nggak bakalan cukup.

Huaaaa... Lengkap sudah apesku malam ini...!

Mau nangis bombay saja rasanya.. tapi kalau nanti ditonton orang gimana? Disangka anak ilang.
Kan nggak kece banget!!


Damn!

Ini semua gara-gara Seanna dan Dyaz!!

Ugh.. nyebelin! Nyebelin!


Calm down, Yuzu.  calm down..

Kuhirup udara sebanyak-banyaknya, mencoba tetap tenang di gempuran kesialan beruntun yang kudapat.

Setelah nya aku sadar, daripada repot-repot menguras air mata menangisi dua orang songong itu, lebih baik aku marah-marah saja.

Kutabung semua amarahku, lalu nanti saat bertemu, akan kuhamburkan sekaligus padanya.

Pada oknum yang membuat ku jadi begini.

Nggak akan kubiarkan hidupnya tenang dan merasa menang dengan gampang!



Tapi sebelum itu, aku harus mengobati luka di lututku dulu.

Kan nggak badass ngelabrak pelakor sambil pincang-pincang.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang