04. Taste The Feeling

326 90 16
                                    


Sambil menunggu bread toaster menyelesaikan tugasnya, aku memandangi putih telur yang meletup-letup di atas teflon dengan tatapan kosong. Aku masih agak shock gara-gara insiden kissing  tadi.

Hhhhh.. first kiss ku yang berharga harus dirampok sama cowok creep itu. Kenapa coba, aku harus tinggal bareng makhluk mesum macam doi??

Darn it!

Kusentuh bibirku dengan ujung jari. Apa kayak gitu ya rasanya ciuman?

Aku masih belum yakin, karena yang tadi itu terlalu tiba-tiba. Baru melek mata, udah disosor.


Ctekk!!

Sebuah tangan menjulur dari balik punggungku, bergerak mematikan kompor.

"Nanti gosong." ucapnya.

Aku terkesiap.

Ternyata Dyaz sudah berdiri tepat di belakangku. Deket banget lagi.

Rambutnya masih agak basah, selembar handuk kecil menggantung di leher jenjangnya.


Dan, dia topless.  Lagi??


"Kya!"

Secepat kilat aku menutup mataku dengan telapak tangan, dan mengintip sedikit lewat celah antara jari tengah dan jari manis.

"Lo tuh kenapa sih, hobi banget nggak pake baju?!"

Dyaz memandang tubuhnya sebentar, lalu menatapku acuh. "Emang kenapa? Ini kan di rumah sendiri."

"Ya, tapi kan di sini ada gue.."

"Ya, nggak masalah. Kamu kan istri aku."

Itu masalah buat gue, Udin!! Mata gue udah ternodai gara-gara ente.

"Kan, kamu juga udah pernah liat semuanya." lanjutnya tanpa dosa.

"Jangan ngadi-ngadi! Kapan gue pernah liat??" protesku masih di posisi yang sama.

"Hoo.. jadi kamu nggak ingat ya..?" Dyaz tersenyum miring sambil menaikkan sebelah alis. Lalu mengambil alih kedua telapak tanganku yang menutupi mata, dan menurunkannya.

"Mau aku bantu, biar kamu ingat?" nada bicaranya berubah. Meski masih tersenyum, tapi tatapan Dyaz jelas-jelas mengintimidasi.

Wah, gawat, nih!!

Dyaz mendekat. Aku menelan ludah dan mulai melangkah mundur.

"Lo mau ngapain..?! J-jangan deketin gue!" seruku panik.

Cowok nyebelin ini sama sekali nggak peduli sama omonganku. Dia malah semakin maju. Alhasil, punggungku tertahan kulkas empat pintu yang tingginya melebihi kepalaku.

Dyaz mengunci tubuhku dengan satu tangan kanan yang ia rapatkan di pintu kulkas, bersisian dengan kepalaku. Sedang tangan kirinya merangkul pinggang rampingku.

Netra kami bertautan. Tatapan matanya intense, dan smirk nya masih belum lenyap sejak tadi.

"Kamu mau ingat bagian yang mana? Hmm?"

Mampus. Dyaz kelihatan makin gorgeous kalau kayak gini, dalam jarak sedekat ini.

Bikin repot jantung aja.

Mama.. selamatkan putrimu yang malang ini.. T-T

Aku menunduk. Nggak sanggup natap matanya. Sumpah.

"Dyaz.. please.. lepasin gue. Gue nggak akan protes lagi, deh. Janji." rengekku.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang