21. Fallin'

223 53 24
                                    


-

"hiks.. k-kak.." isakan dari seberang membuat dadaku diselimuti cemas.

Melirik panik pada cowok di sebelah, kutekan tombol load speaker.

"Rhea,. kamu kenapa..?" desakku pelan.

"hh.. aku.. a-akkuu.. hu..hu.."
Tangisnya pecah. Genggamanku pada ponsel mengetat.

Dyaz tak berucap sepatah kata pun, tapi rautnya sarat penuh kekhawatiran.

"calm down.. Rhea.. sekarang.. bisa kasih tau kamu di mana..?" bujukku berusaha menenangkan gadis yang kentara sedang tak baik-baik saja.

Ia masih sesegukan.
Bukannya memberi alamat, Adrhea malah merintih, "mereka.. hiks.. nyuruh orang itu.. raba-raba akuu.."

Seakan tersengat listrik, kami berdua terperanjat.

Dyaz menggeram, lalu bergegas menyambar kunci mobil dan kami melangkah cepat keluar apartemen.

"Adrhea.. kamu di mana..? Rhea.. kamu denger aku..?"

Tak ada jawaban. Hanya deru nafas sedu sedan yang terdengar.

Adrhea pasti tengah terguncang.

"Hold on, Rhea.. we'll be there.."


BRAAKK!!!

Suara hantaman keras tiba-tiba muncul di ujung telepon. Lalu sambungan terputus.

Sedetik, derap langkah kami sempat terhenti, tapi detik selanjutnya kami berlari menuju mobil secepat yang kami bisa.


Sementara cowok ini mengebut, aku melacak lokasi ponsel Adrhea lewat GPS.

Saat kusebutkan titik lokasinya yang ternyata sebuah tempat daur ulang e-waste, Dyaz mencengkram setir dengan emosi meluap-luap.
"Bastard!"

Pandanganku menyusuri jalanan dengan hati gelisah.

Please.. stay safe, Adrhea..


Sesampainya di titik tujuan, kami langsung disuguhi sosok Adrhea yang tengah memeluk lutut dan membenamkan wajah.

Sendirian.

Rambut dan penampilannya berantakan. Selembar jaket laki-laki membungkus tubuhnya.

Menyaksikan itu, hatiku sangat perih.

Dyaz menepikan mobil, dan secepat kilat keluar, berlari menuju gadis itu.

Dari dalam mobil, dapat kulihat jelas Dyaz memeluk Adrhea erat-erat. Seakan jika dilepas, ia bisa kehilangan gadis itu kapan saja.

Melepas safety belt, kubuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Semakin mendekat, suara tangis histeris Adrhea semakin jelas terdengar.

Keparat!

Letta dan teman-temannya itu nggak pantas disebut manusia.

Mereka semua iblis!

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang